REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Siam Square di pusat kota Bangkok, Suriyan Wongwan, terlihat berkeringat dan kepanasan kala menunggu makanan yang harus diantar dengan sepeda motor, ketika Thailand dilanda gelombang panas.
"Saya takut terkena heatstroke," kata pria berusia 51 tahun ini kepada AFP saat suhu udara mencapai 37 derajat Celsius dan kelembapan udara membuat suhu udara menjadi 43 derajat Celsius.
Sebagian besar wilayah Asia Tenggara tengah berjuang menghadapi gelombang panas yang telah memecahkan rekor suhu dan memaksa jutaan anak untuk tinggal di rumah karena sekolah-sekolah ditutup.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih sering terjadi, lebih lama dan lebih kuat, sementara fenomena El Nino juga menyebabkan cuaca yang sangat panas tahun ini.
Di antara mereka yang paling terpukul adalah para pekerja lepas yang mengharuskan mereka berada di luar ruangan sepanjang hari, seperti para pengendara ojek online yang mengantarkan makanan dan menawarkan tumpangan di jalanan Bangkok yang macet.
"Perlindungan diri saya adalah dengan minum lebih banyak air, sehingga saya dapat membawa diri saya dan tidak pingsan. Dalam cuaca panas seperti ini, saya minum setiap kali memarkir sepeda motor," kata Suriyan seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (1/5/2024).
Mal-mal ber-AC tempat Suriyan mengambil pesanan makanan menawarkan kelonggaran. Akan tetapi, ia juga khawatir perubahan suhu yang cepat berisiko membuatnya sakit.
Isara Sangmol adalah salah satu dari legiun "win motosai" (pengendara ojek) di kota ini dan telah melakukan pekerjaan ini sejak berusia 17 tahun. Saat ini, ia minum empat atau lima botol air sehari untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, dua kali lipat dari biasanya.
"Kita perlu tidur yang cukup untuk bekerja, jika tidak, suhu panas akan mempengaruhi tubuh dan kesehatan kita," ujar pria berusia 48 tahun ini sambil meneguk air dari sebuah gelas.
Ia menunggu pelanggan....