Rabu 01 May 2024 21:29 WIB

Ojol di Thailand Hadapi Risiko Saat Bekerja di Tengah Gelombang Panas  

Perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih sering terjadi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita berjalan melewati pancuran air untuk mendinginkan diri dari suhu panas di Bangkok, Thailand, pada 9 April 2024. Asia Tenggara sedang menghadapi gelombang panas selama berminggu-minggu karena suhu yang mencapai rekor tertinggi telah menyebabkan penutupan sekolah di beberapa negara dan peringatan kesehatan yang mendesak di seluruh wilayah.
Foto: AP Photo/Sakchai Lalit
Seorang wanita berjalan melewati pancuran air untuk mendinginkan diri dari suhu panas di Bangkok, Thailand, pada 9 April 2024. Asia Tenggara sedang menghadapi gelombang panas selama berminggu-minggu karena suhu yang mencapai rekor tertinggi telah menyebabkan penutupan sekolah di beberapa negara dan peringatan kesehatan yang mendesak di seluruh wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Siam Square di pusat kota Bangkok, Suriyan Wongwan, terlihat berkeringat dan kepanasan kala menunggu makanan yang harus diantar dengan sepeda motor, ketika Thailand dilanda gelombang panas. 

"Saya takut terkena heatstroke," kata pria berusia 51 tahun ini kepada AFP saat suhu udara mencapai 37 derajat Celsius dan kelembapan udara membuat suhu udara menjadi 43 derajat Celsius.

Baca Juga

Sebagian besar wilayah Asia Tenggara tengah berjuang menghadapi gelombang panas yang telah memecahkan rekor suhu dan memaksa jutaan anak untuk tinggal di rumah karena sekolah-sekolah ditutup.

Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih sering terjadi, lebih lama dan lebih kuat, sementara fenomena El Nino juga menyebabkan cuaca yang sangat panas tahun ini.