Kamis 02 May 2024 06:27 WIB

ICMI: Perubahan Iklim Keniscayaan, Ketersediaan Pangan Terancam

Perubahan iklim berdampak serius ke ketahanan pangan.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Profesor Arif Satria.
Foto: ICMI
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Profesor Arif Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Arif Satria menyatakan, perubahan iklim adalah suatu keniscayaan atau sudah terjadi. Apabila tidak diatasi, kata dia, maka ketersediaan pangan dunia, termasuk Indonesia, bakal terancam.

"Perubahan iklim sudah menjadi keniscayaan dan tentu berdampak terhadap pangan yang sangat serius. Setiap satu derajat kenaikan suhu maka akan menurunkan produktivitas padi satu persen," kata Arif dalam acara halalbihalal ICMI yang digelar di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024) malam.

Baca Juga

Penurunan produktivitas, kata dia, juga akan terjadi terhadap pertanian kopi. Menurut hasil riset para ahli, kopi tidak akan ada lagi tahun 2080 apabila umat manusia tak melakukan mitigasi atas perubahan iklim.

"Skenario terburuk adalah tahun 2080 kopi sudah tidak ada lagi karena kita gagal mengantisipasi perubahan iklim. Jadi, nanti cicit-cicit kita melihat kopi itu di museum," kata Rektor IPB University itu.

Selain itu, lanjut dia, kandungan gizi mikro dalam pangan juga akan berkurang. Kandungan zat besi di kangkung, misalnya, semakin hari semakin berkurang. "Perubahan komponen gizi mikro pada tanaman ini akan membuat kita makan dalam volume yang sama tapi impact berbeda pada tubuh kita," ujar Arif.

Dampak perubahan iklim, lanjut dia, juga akan terjadi terhadap sektor peternakan. Beberapa di antaranya adalah menurunnya produktivitas susu dan berat sapi.

Menurut Arif, berbagai permasalahan pangan yang akan terjadi itu harus diatasi. Sebab, ketersedian pangan adalah penentu hidup atau mati sebuah bangsa. Dia menyebut, permasalahan ketersediaan pangan bisa diatasi dengan dua hal.

Pertama, meningkatkan produksi. Kedua, mengurangi food loss atau hilangnya sejumlah makanan dalam tahap produksi dan distribusi.

Untuk peningkatan produksi, kata dia, IPB University bersama Kementerian Pertanian telah meluncurkan varietas padi IPB9G yang bisa ditanam di lahan basah maupun kering. Varietas tersebut juga bisa menghemat 25 persen penggunaan pupuk.

"Kalau varietas IPB9G digunakan di seluruh Indonesia, maka bisa menghemat Rp 10 triliun pupuk subsidi," ujarnya.

Menurut Arif, selain inovasi, dibutuhkan persatuan semua elemen bangsa untuk menghadapi tantangan krisis pangan. Persatuan akan menjadi kunci bagi Indonesia menghadapi semua tantangan nyata, tak hanya soal perubahan iklim. "Mau tidak mau kita ingin mengajak setiap komponen bangsa pasca Idul Fitri ini kembali bersatu bersilaturahmi," kata Arif.

Acara halalbihalal ICMI dihadiri anggota dan pengurus organisasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah tokoh bangsa seperti mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MPR Amien Rais, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan sejumlah mantan menteri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement