Kamis 02 May 2024 07:49 WIB

Inflasi AS Belum Terkendali, The Fed Tahan Suku Bunga Acuan

Inflasi AS ditargetkan 2 persen

Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu (1/5/2024) menahan suku bunga acuannya karena inflasi yang belum bisa dikendalikan. The Fed menekankan bahwa inflasi diperkirakan tetap tinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Gubernur The Fed, Jerome Powell mengatakan mereka tidak berencana untuk menurunkan suku bunga sampai mereka memiliki “keyakinan yang lebih besar” bahwa kenaikan harga-harga melambat secara berkelanjutan hingga mencapai target 2 persen.

Baca Juga

The Fed mengeluarkan keputusannya dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan terakhirnya, di mana mereka mempertahankan suku bunga utama pada level tertinggi dalam dua dekade, yaitu sekitar 5,3 persen. Beberapa laporan harga dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan baru-baru ini melemahkan keyakinan The Fed bahwa inflasi terus menurun. 

Kombinasi suku bunga yang tinggi dan inflasi yang terus-menerus juga muncul sebagai ancaman potensial terhadap upaya terpilihnya kembali Presiden Joe Biden.

“Dalam beberapa bulan terakhir, inflasi telah menunjukkan kurangnya kemajuan lebih lanjut menuju tujuan kami sebesar 2 persen, kemungkinan besarnya untuk mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar, akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya" kata Powell pada konferensi pers, dilansir APNews.

Ia memang memberikan nada optimisme terhadap inflasi. Meskipun terjadi kemunduran baru-baru ini, dia optimistis memprediksi sepanjang tahun ini akan melihat inflasi kembali turun. Inflasi AS melonjak jadi 3,5 persen (yoy) pada Maret 2024 dari sebelumnya 3,2 persen (yoy).

Para pedagang Wall Street pada awalnya menyambut baik prospek bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya pada suatu saat di tahun ini. Sebelumnya Powell juga mengatakan bahwa The Fed tidak mempertimbangkan untuk kembali menaikkan suku bunga untuk menyerang inflasi.

Namun, kemudian, harga saham menghapus kenaikannya dan mengakhiri hari dengan tidak berubah dibandingkan sebelum konferensi pers Powell. The Fed membuat serangkaian skenario potensial untuk beberapa bulan ke depan. 

"Jika perekrutan tenaga kerja tetap kuat dan inflasi melandai maka akan menjadi hal yang tepat untuk menunda penurunan suku bunga," kata Powell.

Namun jika inflasi terus menurun, atau jika pengangguran meningkat secara tidak terduga, Powell mengatakan The Fed kemungkinan akan mampu menurunkan suku bunga acuannya. Pemotongan akan seiring berjalannya waktu, menurunkan biaya hipotek, pinjaman mobil, dan pinjaman konsumen dan bisnis lainnya.

Ekonom menilai itu sebuah pesimisme. "Komentar-komentar tersebut adalah sinyal bahwa (Fed) kurang yakin bahwa mereka mengetahui bagaimana kebijakan akan diterapkan sepanjang tahun ini,” kata Jonathan Pingle, ekonom di UBS. 

“Kami semua mengharapkan informasi terkini tentang arah komite ke depan. Sebaliknya yang kami dapatkan adalah, 'Kami benar-benar tidak cukup percaya diri untuk memberi tahu Anda apa yang akan kami lakukan ke depan," tambahnya

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement