Kamis 02 May 2024 11:23 WIB

Bulog Sebut Lakukan Penyerapan 30 Ribu Ton Gabah Petani per Hari

Penyerapan gabah/beras dalam negeri kita lebih tinggi selama 3 tahun terakhir.

Foto udara operator mengoperasikan mesin pertanian untuk memanen padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Ahad (7/4/2024). Sejumlah daerah di Sulsel telah memasuki masa panen raya padi hingga Mei 2024 dan Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat akan memaksimalkan penyerapan hasil panen petani dengan target sebanyak 145 ton gabah setara beras.
Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Foto udara operator mengoperasikan mesin pertanian untuk memanen padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Ahad (7/4/2024). Sejumlah daerah di Sulsel telah memasuki masa panen raya padi hingga Mei 2024 dan Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat akan memaksimalkan penyerapan hasil panen petani dengan target sebanyak 145 ton gabah setara beras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan pihaknya sebagai perpanjangan tangan pemerintah saat ini melakukan penyerapan 30 ribu ton gabah kering panen (GKP) per hari di tingkat petani untuk pengadaan beras dalam negeri.

“Saat ini dengan berbagai upaya yang kami lakukan, Bulog dapat melakukan penyerapan sampai dengan 30 ribu ton setara GKP (gabah kering panen) setiap harinya,” kata Bayu dalam keterangan di Jakarta, Kamis (2/4/2024).

Baca Juga

Bayu menyampaikan pihaknya memanfaatkan momentum panen raya padi yang tengah berlangsung pada beberapa daerah di Tanah Air untuk memaksimalkan penyerapan guna memastikan ketersediaan stok cadangan beras pemerintah (CBP).

“Bulog sebagai perpanjangan tangan pemerintah bergerak cepat untuk melakukan penyerapan gabah dan beras sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan melalui pemenuhan stok beras nasional yang bersumber dari produksi dalam negeri,” ujar Bayu.

Dia menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melakukan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara optimal pada periode panen raya ini. Baginya, pemenuhan cadangan pangan pemerintah (CPP) melalui penyerapan gabah dan beras dari dalam negeri pada masa panen raya merupakan prioritas pemerintah saat ini.

"Secara year on year di bulan April kemarin, penyerapan gabah/beras dalam negeri kita lebih tinggi selama 3 tahun terakhir, yakni mencapai 468 ribu ton setara gabah kering panen (GKP),” ucap Bayu.

Ia menyebutkan penyerapan GKP di tingkat petani saat ini mengalami peningkatan, bila dibandingkan yang sebelumnya rata-rata hanya mencapai di bawah 20 ribu ton. Bulog berkomitmen melakukan penyerapan gabah secara optimal.

“Ke depannya, serapan yang kami lakukan akan terus kami tingkatkan secara optimal,” tegas Bayu.

Direktur Rantai Pasok dan Pelayanan Publik Perum Bulog Suyamto menambahkan strategi dalam melakukan penyerapan gabah petani pihaknya melakukan Program Jemput Gabah di setiap wilayah kerja surplus produksi sebagai upaya percepatan proses penyerapan hasil produksi.

“Di samping itu kami juga terus berkoordinasi dan bersinergi dengan kelompok tani, unit penggilingan dan mitra kerja pengadaan. Hal ini tentunya kami lakukan untuk mencapai hasil serapan yang maksimal pada momentum panen raya ini,” tambah Suyamto.

Lebih lanjut, Suyamto menegaskan bahwa Bulog sebagai perusahaan pangan pemerintah yang bertugas melakukan penyerapan dan pengelolaan stok pangan nasional berupaya secara aktif dengan turun langsung ke lokasi panen.

Suyamto juga menekankan bahwa Bulog senantiasa melakukan sinergi dengan para pelaku usaha perberasan guna melakukan penyerapan hasil produksi gabah dan beras dalam negeri.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa pihaknya senantiasa memantau kinerja Bulog di daerah terkait progres penyerapan hasil panen gabah dan beras dalam negeri.

Arief menekankan bahwa penyerapan yang tengah dilakukan oleh Bulog merupakan upaya pemenuhan stok pangan nasional di masa kini dan mendatang.

Menurutnya momentum panen raya harus dijaga karena pada semester pertama menyumbang hingga 70 persen dari total produksi nasional, utamanya di sentra-sentra padi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.

“Ini juga menjadi atensi Bapak Presiden Jokowi bahwa pemanfaatan cadangan beras pemerintah menggunakan produksi dari dalam negeri dan sedapat mungkin meminimalisir impor,” terang Arief.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement