Kamis 02 May 2024 13:14 WIB

Ratusan Penangkapan, Warnai Demo Pro Palestina di Kampus Amerika

Rektor Universitas Columbia meminta polisi tetap berjaga di kampus.

Mahasiswa bersepeda di dekat perkemahan mahasiswa saat mereka bergabung dengan gerakan protes Pro-Palestina yang muncul di universitas-universitas Amerika di kampus Universitas Stanford di Stanford.
Foto: EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO
Mahasiswa bersepeda di dekat perkemahan mahasiswa saat mereka bergabung dengan gerakan protes Pro-Palestina yang muncul di universitas-universitas Amerika di kampus Universitas Stanford di Stanford.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wali Kota New York Eric Adams pada Rabu, (1/5/2024), mengatakan Departemen Kepolisian New York (NYPD) menangkap 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Columbia dan City College of New York di tengah gelombang aksi protes di Amerika Serikat (AS).

“Sekitar 300 orang ditangkap di (Universitas) Columbia dan City College, kami mendesak dilakukannya penangkapan itu untuk membedakan mahasiswa dengan mereka yang tidak boleh berada di sana,” kata Adams dalam konferensi pers. Dia menjelaskan, aksi protes tersebut dipicu oleh sejumlah aktor eksternal, dan bukan mahasiswa, untuk menciptakan kekacauan.

Baca Juga

Pada Selasa, (30/4/2024), seorang koresponden Sputnik melaporkan, petugas NYPD, yang mengenakan helm dan membawa pentungan dan borgol plastik, memasang barikade besi beberapa blok dari Universitas Columbia. Para mahasiswa yang menentang operasi militer Israel di Jalur Gaza telah membarikade diri mereka sendiri dan menghalangi orang-orang menghubungi teman-teman mereka di kampus.

Rektor Universitas Columbia Minouche Shafik mengirimkan surat kepada Wakil Komisioner Urusan Hukum NYPD Michael Gerber yang meminta polisi tetap berjaga di kampus, setidaknya hingga 17 Mei 2024, untuk menjaga ketertiban.

Demonstrasi pro-Palestina muncul di kampus-kampus AS dalam beberapa hari terakhir untuk menentang militer AS serta dukungan keuangan dan diplomatik terhadap operasi militer Israel di Gaza. Operasi militer itu telah menelan nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 77 ribu orang lainnya.

Para mahasiswa menyerukan kepada pihak universitas untuk mengutuk operasi militer Israel di Gaza, melakukan divestasi di perusahaan yang terkait dengan Israel, dan menghentikan program studi di universitas-universitas Israel, serta tuntutan lainnya.

sumber : Antara, Sputnik
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement