REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NASA telah memesan serangkaian penelitian dari perusahaan luar angkasa swasta dalam upaya untuk merangsang eksplorasi Mars dengan dukungan komersial. Langkah ini menandai pergeseran dalam strategi agensi tersebut untuk memanfaatkan inovasi sektor swasta dalam misi antariksa.
Dilansir Tech Crunch pada Kamis (2/5/2024), NASA memberikan 12 "studi konsep" kepada sembilan perusahaan swasta untuk mengeksplorasi layanan terkait Mars, termasuk pengiriman muatan, pencitraan planet, dan relai komunikasi. Meskipun anggaran yang dialokasikan relatif kecil, antara 200 ribu dolar AS (sekitar Rp 3,2 miliar) dan 300 ribu dolar AS (sekitar Rp 4,8 miliar), penelitian ini merupakan langkah pertama yang penting bagi NASA untuk lebih memahami biaya, risiko, dan kelayakan teknologi komersial.
Perusahaan yang terlibat termasuk Lockheed Martin, Impulse Space, Firefly Aerospace, United Launch Alliance, Blue Origin, Astrobotic, Albedo, Redwire Space, dan SpaceX. NASA menjelaskan bahwa hampir semua proposal yang dipilih akan memanfaatkan proyek yang telah ada dan terbukti, terutama yang berkaitan dengan eksplorasi bulan dan Bumi.
Studi selama 12 minggu ini akan berlangsung hingga bulan Agustus, dengan harapan bahwa hasilnya akan memberikan wawasan berharga bagi NASA dalam merencanakan misi masa depan ke Mars. Meskipun tidak ada jaminan bahwa penelitian ini akan menghasilkan kontrak di masa depan, langkah ini menegaskan keseriusan NASA dalam menggandeng perusahaan swasta untuk merancang paradigma baru dalam eksplorasi luar angkasa.
Program ini mirip dengan Commercial Lunar Payload Services (CLPS) yang dijalankan NASA, yang memberikan kontrak besar kepada perusahaan swasta untuk mengirimkan muatan ke bulan. Keberhasilan CLPS telah membuktikan potensi besar dari kerja sama antara agensi pemerintah dan industri swasta dalam menjalankan misi antariksa yang lebih efisien dan terjangkau.