REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti ekonomi lingkungan lembaga penyelidikan ekonomi masyarakat FEB UI, Bisuk Abraham Sisungkunon mengatakan kemasan guna ulang dapat membantu mengurangi timbulan sampah plastik yang dapat memengaruhi keberlanjutan lingkungan.
“Salah satu alasan konsumen memilih galon guna ulang adalah membantu meminimalisir dampak lingkungan. Riset menyatakan bahwa tanpa penggunaan galon guna ulang, tujuh dari 10 konsumen akan beralih pada penggunaan kemasan sekali pakai,” kata Bisuk Abraham Sisungkunon dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Bisuk Abraham menuturkan temuan tersebut akan berpotensi meningkatkan timbulan sampah kemasan sekali pakai hingga 770 ribu ton per tahun. Akibatnya, emisi sampah plastik akan bertambah hingga 1.655.500 ton per tahun.
Meski sampah plastik dapat didaur ulang, butuh waktu lama dan biaya tambahan untuk menjalankan proses pengumpulan dan penyortiran. Salah satu penyebabnya adalah industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya.
“Belum lagi keterbatasan titik pengumpulan, sehingga membuat sampah daur ulang yang harus diangkut berpotensi menyumbangkan emisi karbon,” katanya.
Dengan demikian, penggunaan galon guna ulang diperkirakan dapat mengurangi timbulan sampah plastik di tempat pembuangan akhir hingga 316 ton per tahun.
Menurutnya, langkah tersebut dapat dijadikan cara konkret untuk mengatasi permasalahan plastik. Terlebih menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), galon guna ulang digunakan oleh 96,4 persen industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Artinya, pengguna galon sekali pakai hanya sekitar 3,6 persen. Penggunaan galon guna ulang di industri AMDK di Indonesia ini merupakan praktik penggunaan kemasan guna ulang terbesar di dunia.
Di sisi lain, data National Plastic Action Partnership menyebut volume sampah plastik di Indonesia tumbuh sebesar 5 persen setiap tahunnya. Oleh sebab itu, ia mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupaya untuk menegaskan komitmennya mencapai visi besar bersama untuk mengurangi sampah hingga 30 persen dan melakukan penanganan sampah sebesar 70 persen di tahun 2025.