REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan menyebut imunisasi dasar lengkap (IDL) masih perlu mendapatkan imunisasi lanjutan termasuk campak dan rubella. Hal itu perlu dilakukan agar memberikan hasil yang optimal.
"Misalnya imunisasi campak rubella. Kalau sebelum usia satu tahun anak baru dapat dosis pertama. Tapi, pekerjaan rumahnya masih ada, yaitu 18 bulan atau 1,5 tahun dan kelas 1 SD ada imunisasi lanjutan juga untuk campak rubella kedua dan ketiga," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Budi Setiawan dalam seminar daring yang diadakan dalam rangka peringatan Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Imunisasi dasar lengkap (IDL) ditujukan hanya pada anak usia 0-11 bulan atau sampai ulang tahun pertama kehidupannya, sementara setelah usia itu masih ada imunisasi yang perlu didapatkannya demi mencapai kekebalan sempurna terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Pada contoh kasus imunisasi campak dan rubella, anak yang status imunisasi belum lengkap memiliki kekebalan tidak sempurna sehingga dia berpotensi menderita campak di usia yang lebih dewasa.
Hal sama berlaku untuk imunisasi DPT atau difteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus yang masih perlu diberikan saat seseorang berusia 18 bulan atau melebihi usia setahun. "Tidak lupa juga sampai usia 39 tahun, wanita juga harus melengkapi status imunisasi tetanus dan difteri (Td)-nya," kata Budi.
Budi mengingatkan mereka yang tidak mendapat imunisasi lengkap mudah menderita sakit berat dan menderita cacat bahkan meninggal dunia. Selain itu, mereka juga dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi orang lain. Merujuk data 2023, imunisasi dasar lengkap (IDL) di DKI Jakarta didapatkan oleh sebanyak 178.971 bayi (108,08 persen) dengan 166.566 bayi (100,59 persen) tercatat NIK DKI Jakarta.
Sementara, imunisasi lanjutan telah didapatkan oleh 168.865 anak (99,77 persen) dengan 151.031 anak (89.39 persen) tercatat sebagai NIK DKI Jakarta. Selanjutnya, imunisasi lanjutan di SD telah didapatkan oleh 140.165 anak (93,58 persen), yang seluruhnya tercatat sebagai penduduk DKI Jakarta.
"Kami berkomitmen untuk bisa memperkuat kolaborasi terutama pada bulan imunisasi anak sekolah di banyak sekolah di DKI Jakarta sehingga imunisasi lanjutan di SD ini bisa berjalan dengan baik," ujar Budi.