REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Polisi Amerika Serikat (AS) mengusir paksa sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina di beberapa kampus termasuk membongkar tenda-tenda protes di University of California, Los Angeles (UCLA). Puncak ketegangan yang terjadi di universitas-universitas di Amerika pekan ini.
Polisi dengan peralatan anti huru-hara membongkar tenda-tenda yang didirikan di UCLA. Mereka mendorong pengunjuk rasa yang memberikan perlawanan sia-sia. Ratusan orang ditangkap di UCLA dan ditempat lainnya.
"Saya mahasiswa di sini, tolong jangan mengganggu kami, jangan mengganggu kami," kata salah satu pengunjuk rasa UCLA pada kamera saat ia dibawa pergi dengan tangan terikat, Jumat (3/4/2024).
Beberapa saat kemudian mahasiswa yang hanya memberi nama depannya, Ryan, kembali ke kampus dan berjanji tidak akan berhenti berjuang. "Kami akan kembali, kami akan mendisrupsi, kami akan menuntut divestasi," kata Ryan yang dituduh menggelar pertemuan tanpa izin.
Mahasiswa-mahasiswa di banyak kampus di AS menggelar unjuk rasa dan mendirikan tenda-tenda protes di universitas mereka sebagai protes atas perang Israel di Gaza. Mahasiswa menuntut Presiden Joe Biden menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan meminta universitas divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mendukung pemerintah Israel.
Banyak kampus yang lain, termasuk Columbia University di New York, meminta polisi untuk membubarkan unjuk rasa tersebut. Biden akhirnya bersuara mengenai demonstrasi setelah polisi menyerbu pengunjuk rasa UCLA. Ia mengatakan warga AS memiliki hak untuk protes tapi tidak memicu kekerasan.
"Merusak properti bukan protes damai, itu melanggar hukum. Vandalisme, penerobosan, memecahkan kaca, menutup kampus, memaksa kelas-kelas dan wisuda dibatalkan, ini semua bukan protes damai," kata Biden di Gedung Putih.
Biden yang akan kembali maju dalam pemilihan presiden bulan November lalu merupakan pendukung setia Israel. Ia bergerak berhati-hati dalam menghadapi kritikan baik dari kelompok kiri maupun kanan pada kebijakannya pada Israel.
Polisi berulang kali meminta mahasiswa UCLA untuk membubarkan unjuk rasa mereka dan membersihkan zona protes yang seluas lapangan sepak bola. Para mahasiswa mendirikan zona itu di tengah kampus sebelum mereka pindah.
Lusinan suara ledakan keras terdengar dari granat kejut polisi. Sementara demonstran yang membawa perisai seadanya dan payung berteriak "dorong mereka mundur" sambil menyorot mata polisi dengan senter.
Siaran langsung televisi menunjukkan polisi membongkar tenda-tenda dan barikade yang didirikan para mahasiswa. Sejumlah pengunjuk rasa terlihat mengenakan pelindung kepala, kacamata renang dan makser respirator satu hari setelah universitas menyatakan aksi mereka tidak sah.
Usai dibongkar polisi terlihat tenda-tenda, selimut, kontainer makanan, bendera Palestina, dan helm di zona bekas tenda-tenda protes berdiri. Polisi masih berjaga-jaga di kampus sementara area itu dibersihkan.
UCLA membatalkan kelas-kelasnya setelah pengunjuk rasa pro-Palestina bentrok dengan pengunjuk rasa tandingan. Dalam pernyataannya Rektor UCLA Gene Block mengatakan kampus mengizinkan tenda-tenda protes itu berdiri beberapa hari ke depan sebagai unjuk rasa damai tapi bentrokan dengan massa pro-Israel menimbulkan ancaman bagi mahasiswa.
"Hal ini mengarah kondisi tidak aman bagi kampus kami dan merusak kemampuan kami menjalan misi-misi kami, ini harus diakhiri," kata Block. Seorang mahasiswa hukum dan pengunjuk rasa pro-Palestina di UCLA Taylor Gee mengatakan operasi polisi "sangat menyakitkan" mengingat lambatnya respon polisi pada malam sebelumnya.
"Bagi mereka untuk keluar keesokan malamnya untuk mengeluarkan kami dari perkemahan, itu tidak masuk akal, tapi itu juga sangat masuk akal," katanya. UCLA mengatakan kampus yang memiliki hampir 52 ribu mahasiswa ini akan tetap ditutup kecuali untuk kegiatan terbatas pada hari Kamis dan Jumat.