REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P
Banyaknya sampah kondom yang berserakan di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat, belakangan menjadi isu yang mengemuka di media massa dan media sosial. Keberadaan sampah kondom itu mengindikasikan kawasan tersebut menjadi tempat prostitusi.
Salah seorang pedagang di kawasan RTH Tubagus Angke, Siti (60 tahun), mengakui kawasan RTH di sepanjang Jalan Tubagus Angke memang telah lama terkenal sebagai tempat prostitusi. Setiap malam, banyak pekerja seks komersial (PSK) yang menjajakan diri di tempat itu.
"Bisa jam 8-an malam keluar. Emang tempat jablay," kata dia ketika ditemui Republika, Jumat (3/5/2024).
Menurut perempuan yang telah puluhan tahun berdagang kopi di kawasan itu, para perempuan malam itu menjajakan dirinya kepada para hidung belang yang melintas di Jalan Tubagus Angke. Tua muda, semua ada. Bahkan, ada juga waria yang ikut mangkal di kawasan itu pada malam hari.
Ia mengatakan, aktivitas prostitusi itu telah berlangsung bertahun-tahun di kawasan RTH Jalan Tubagus Angke. Hal itu makin menjadi setelah Kalijodo, yang dulu terkenal sebagai tempat prostitusi, ditutup oleh pemerintah.
"Dulu waktu ada Kalijodo, di sini enggak terlalu ramai. Sekarang jadi ramai. Sudah bertahun-tahun," ujar Siti.
Ia mengatakan, aksi zina itu biasanya dilakukan di tenda-tenda yang ada di RTH Tubagus Angke. Tenda-tenda itu hanya dipasang pada malam hari, khusus untuk tempat bermain PSK dan lelaki hidung belang.
Siti mengaku tak terlalu peduli dengan adanya aktivitas prostitusi di RTH Tubagus Angke. Pasalnya, ia berjualan pada siang hari. Sementara aktivitas prostitusi itu dilakukan pada malam hari.
Namun, ia mengaku kerap kesal dengan sampah dari aktivitas prostitusi yang hampir setiap pagi berserakan. Sampah itu tak jarang berupa kondom bekas digunakan.
"Kita sih nggak masalah, tapi bersih dong. Sampahnya dibawa lagi," kata dia.
Menurut dia, banyaknya sampah kondom sisa aktivitas prostitusi di RTH Tubagus Angke membuat pedangang kopi yang mangkal pada siang hari terkena dampak. Para pedagang kopi menjadi sasaran petugas kebersihan karena dianggap tak peduli lingkungannya. Padahal, sampah itu dari aktivitas prostitusi di malam hari.
"Kami mah bawa sampah sendiri ke rumah. Nggak pernah ditinggal," kata dia.