REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) menegaskan budaya kekerasan atau aksi perpeloncoan senior kepada junior di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut, sudah hilang.
"Tidak ada budaya pelonco di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Ahmad Wahid menanggapi tewasnya salah satu taruna di kampus itu pada Jumat pagi, di Marunda, Jakarta.
Ia mengatakan dirinya sudah satu tahun di kampus ini dan tidak ada budaya tersebut. Oleh karena itu, katanya, terhadap meninggalnya taruna tingkat satu berinisial P pada Jumat pagi di kampus itu, hal itu di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus.
"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni 'person to person'," kata Wahid.
Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi. "Kami akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang terbukti melakukan penganiayaan dengan mengeluarkan pelaku," kata dia.
Ia menegaskan STIP tidak akan cuci tangan atas tewasnya taruna tingkat satu kampus pelayaran tersebut. "Kami tidak akan cuci tangan," katanya.
Aksi pelonco berbalut kekerasan yang dilakukan senior kepada junior di STIP Marunda Jakarta Utara bukan yang pertama terjadi. Kasus serupa pernah beberapa kali terjadi dan menewaskan taruna yang masih junior akibat aksi kekerasan tersebut. Pada Jumat ini, seorang taruna angkatan satu (2023) berinisial P dari Bali tewas di kamar mandi kampus tersebut dan diduga karena dianiaya seniornya.
Sebelumnya, ada nama taruna STIP angkatan 2016 Amirullah Adityas yang tewas pada 10 Januari 2017. Kemudian Dimas Dikita Handoko tewas pada 25 April 2014 setelah dianiaya senior bersama enam rekan seangkatan.
Setelah itu ada nama taruna STIP Daniel Roberto Tampubolon yang tewas pada 6 April 2015 dan taruna Agung Bastian pada 2008 yang tewas dianiaya senior dan terungkap setelah korban tiga hari dimakamkan.
Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan telah memeriksa 10 orang saksi untuk menyidik kasus tersebut. "Kami secara berjalan memeriksa 10 orang saksi untuk mengungkap kasus tewasnya taruna STIP dan memang ada dugaan penganiayaan dari seniornya," kata dia.