Jumat 03 May 2024 23:15 WIB

Apple Alami Penurunan Penjualan Paling Tajam dalam Setahun

Terlepas dari penurunan penjualan, harga saham perusahaan naik usai buyback saham

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Apple mengalami penurunan pendapatan kuartalan paling tajam dalam setahun. Penurunan pendapatan kuartalan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan iPhone di China.
Foto: AP Photo/Matthias Schrader
Apple mengalami penurunan pendapatan kuartalan paling tajam dalam setahun. Penurunan pendapatan kuartalan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan iPhone di China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Apple mengalami penurunan pendapatan kuartalan paling tajam dalam setahun. Penurunan pendapatan kuartalan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan iPhone di China. 

Raksasa teknologi Amerika ini melaporkan pendapatan sebesar 90,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 1,4 kuadriliun untuk kuartal yang berakhir Maret 2024 dan laba sebesar 23,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 378,2 triliun, penurunan dua persen dibandingkan tahun lalu. 

Terlepas dari penurunan penjualan, harga saham perusahaan melonjak pada Kamis (2/5/2024), setelah mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai 110 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1,7 kuadriliun dan kenaikan dividen triwulan sebesar empat persen kepada investor. 

“Mengingat keyakinan kami terhadap masa depan Apple dan nilai yang kami lihat dalam saham kami, dewan direksi kami telah mengizinkan tambahan 110 miliar dolar AS untuk pembelian kembali saham,” kata CFO Luca Maestri, dilansir The Independent, Jumat (3/5/2024). “Kami juga menaikkan dividen triwulanan selama 12 tahun berturut-turut.” 

Penurunan pendapatan ini dipicu oleh penurunan penjualan iPhone sebesar 10 persen dari tahun ke tahun pada kuartal tersebut, dengan China mengalami penurunan sebesar delapan persen, penurunan paling tajam dalam penjualan ponsel pintar khasnya sejak awal pandemi. 

Bos Apple Tim Cook menyebut China sebagai “pasar paling kompetitif di dunia” namun tetap mempertahankan “pandangan bagus” terhadap negara tersebut dalam jangka panjang. Perusahaan ini menghadapi persaingan yang kuat dari pesaing China seperti Huawei dan pengawasan ketat dari regulator antimonopoli di AS dan Eropa. 

Apple juga lambat dalam mengadopsi kecerdasan buatan (AI)  dibandingkan pesaingnya seperti Google dan Microsoft yang mungkin memengaruhi keputusan pelanggan untuk menunda pembelian iPhone baru. Cook meyakinkan investor pada Kamis (2/5/2024) bahwa perusahaannya sedang mengembangkan produk AI. 

“Kami percaya kekuatan transformatif dan janji AI, dan kami yakin kami memiliki keunggulan yang akan membedakan kami di era baru ini,” kata Cook. “Kami akan membicarakannya lebih lanjut dalam beberapa pekan mendatang.” 

Sementara itu, bisnis layanan Apple, termasuk iCloud, Apple TV+, dan Apple Music, melonjak 14 persen pada tahun ini. 

“Kami memperkirakan bisnis jasa kami akan tumbuh dua digit pada tingkat yang sama dengan pertumbuhan yang kami laporkan pada paruh pertama tahun fiskal ini,” kata Maestri. “iPad seharusnya tumbuh dua digit,” 

Apple tidak mengungkapkan angka-angka  pada headset augmented reality Vision Pro-nya, melainkan memasukkan datanya ke daftar yang menyertakan perangkat seperti Apple Watch dan AirPods. 

“Selama kuartal ini, kami sangat bersemangat untuk meluncurkan Apple Vision Pro dan menunjukkan kepada dunia potensi yang bisa dihasilkan oleh komputasi spasial,” ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement