REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ratusan polisi membersihkan kamp para demonstran di Universitas California, Los Angeles (UCLA) dengan cara merobohkan penghalang dan menangkap mahasiswa dalam bentrokan terbaru di kampus-kampus AS terkait perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Para petugas yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara merobohkan barikade kayu di sekitar lokasi para demonstran UCLA dan menyeret tenda-tenda dalam rangkaian kerusuhan baru di daerah sekitar universitas.
Selama berminggu-minggu, pihak berwenang yang bertugas di kampus-kampus mulai dari New York hingga California telah mencoba menuntut hak untuk melakukan protes dan pengaduan atas kekerasan dan ujaran kebencian yang mengakibatkan ratusan penangkapan dan kekacauan ketika jam kuliah telah berakhir.
Mahasiswa UCLA yang mengenakan helm putih sambil bergandengan tangan dan membentuk barisan berhadapan dengan petugas yang menahan para pengunjuk rasa dan membawa mereka pergi. Polisi menggunakan granat kejut untuk membubarkan massa yang berkumpul di luar perkemahan.
Di bagian lain perkemahan, para pelajar yang membawa payung, helm, dan perisai plastik sambil berhadapan dengan polisi dalam suasana hening yang sebagian besar berlangsung tegang dengan teriakan sporadis “Bebaskan Palestina!” dan “Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka!”
“Ini adalah protes damai, tidak ada pengunjuk rasa tandingan malam ini, jadi memanggil polisi adalah hal yang tercela. Kota ini harus mendukung mereka,” kata Jack Bedrosian, salah satu demonstran yang ikut mendukung Palestina, dilansir dari GulfNews, Jumat (03/05/2024).
Kehadiran polisi dalam jumlah besar, termasuk petugas LAPD dan Patroli Jalan Raya California, terjadi setelah penegak hukum dikritik karena lamban bertindak selama bentrokan yang disertai kekerasan ketika pengunjuk rasa menyerang perkemahan mahasiswa pro Palestina. UCLA mengatakan kelas-kelas akan diliburkan pada hari Kamis dan Jumat karena adanya keadaan darurat di kampus dan memperingatkan para mahasiswa untuk menghindari area demonstrasi.
Para pengunjuk rasa telah berkumpul di setidaknya 30 kampus universitas AS sejak bulan lalu, seringkali mendirikan tenda-tenda untuk memprotes melonjaknya jumlah korban tewas di Jalur Gaza.