Sabtu 04 May 2024 23:42 WIB

Kisah Perawat Ditolak Oleh Pasien Hanya Sebab Dia Muslimah dan Berhijab

Diskriminasi terhadap perawat Muslimah di Inggris masih terjadi

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Muslimah. Diskriminasi terhadap perawat Muslimah di Inggris masih terjadi
Foto: EPA/SHAMSHAHRIN SHAMSUDIN
Ilustrasi Muslimah. Diskriminasi terhadap perawat Muslimah di Inggris masih terjadi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Salah satu dari banyak hal yang bisa dibanggakan orang tentang National Health Service (NHS) adalah keragamannya. Orang-orang dari semua agama, latar belakang , dan lapisan masyarakat dengan bangga menyebut diri mereka perawat atau bidan. 

Beberapa upaya telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatasi rasisme dan diskriminasi, termasuk dari pasien atau keluarga pasien. Beberapa dari mereka tetap mengalami diskriminasi, terutama ketika berbicara atau karena menggunakan jilbab.

Baca Juga

Sensus 2021 menyebutkan sekitar 6,5 persen populasi Inggris (3,9 juta orang) mengidentifikasi sebagai Muslim dan seperti minoritas agama lainnya di negara ini dan di seluruh dunia, banyak yang menghadapi diskriminasi atas dasar agama mereka.

Tetapi diskriminasi seringkali bahkan lebih buruk ketika mereka terlihat dari suatu agama, menurut perawat yang beragama Islam.

Dilansir dari Nursing Times pada Jumat (3/5/2024), seorang perawat Muslim membagikan kisahnya, bahwa seorang pasien menolak untuk menerima perawatan hanyalah karena  ia seorang Muslim. Hal ini bukan saja dialami oleh para terawat Muslim, tetapi berlaku juga untuk dokter Muslimah yang mengenakan jilbab.

Seorang perawat dari Birmingham, Fatima Al Ali, mengatakan kepada Nursing Times bahwa dia pernah mengalami diskriminasi dari pasien saat bekerja karena pilihannya untuk mengenakan jilbab.

Fatimah yang baru saja pindah dari Dubai ke Inggris pada 2021 untuk bekerja, mengatakan telah diminta untuk melepas jilbabnya berkali-kali, alasannya mereka khawatir tentang kesejahteraannya karena asumsi yang salah tentang Islam.

Dia mengatakan, sebagian besar, diskriminasi yang dia hadapi datang dari tempat ketidaktahuan daripada kebencian. "Saya tidak akan mengatakan staf (diskriminatif). tetapi mereka tidak menyadari tentang apa itu jilbab atau mengapa saya memakainya, dan apakah tidak apa-apa jika saya untuk melepaskan jilbab,” ujar Fatimah.

Pertanyaan itu tidak hanya dilontarkan oleh rekan-rekan kerjanya, tetapi juga dari para pasien yang ditemuinya. Mereka kerap bertanya, apakah tidak masalah memakai jilbab di musim panas, apakah tidak menyesakkan, dan berbagai pertanyaan lainnya.

“Mereka tidak mengerti bahwa Islam bukanlah sesuatu yang terpaksa Anda lakukan. Memakai jilbab atau tidak itu pilihanmu, seperti jika kamu ingin membaca majalah, membaca buku, atau pergi ke gereja,” kata Fatimah.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement