REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) - Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) sekaligus Anggota Dewan Pakar Organisation of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia, Muhammad Ibrahim Hamdani mengatakan, berdasarkan rilis resmi Tentara Pertahanan Israel (IDF), seperti dikutip dari Times of Israel tercatat bahwa sejak 8 Oktober 2023 hingga 7 April 2024, terdapat 604 nama masuk dalam korban tewas. Mereka terdiri dari tentara, perwira, tentara cadangan, dan petugas keamanan lokal.
"Bahkan terdapat 61 Polisi Israel yang tewas sejak perang meletus di Jalur Gaza, Palestina," kata Ibrahim kepada Republika, Jumat (3/5/2024)
Ibrahim menjelaskan, fakta tersebut menunjukkan kepada dunia internasional, termasuk kawasan Timur Tengah yakni dunia Islam bahwa perlawanan bersenjata (jihad atau intifadah) oleh faksi-faksi perlawanan di Gaza, Palestina, seperti Brigade Al-Quds (Hamas), Jihad Islam, dan Fatah, terus berlanjut. Perlawanan mereka semakin meningkat dan tidak pernah berhenti terhadap rezim Zionis Israel, termasuk tentara IDF.
Bahkan pada Senin (29/4/2024), seperti dilaporkan Radio Tentara Israel, dikutip dari Times of Israel, dua tentara IDF tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza Tengah. Mereka tewas saat melawan faksi-faksi perlawanan di Palestina.
"Fakta ini menunjukkan bahwa perlawanan faksi-faksi Palestina terhadap IDF dan rezim zionis Israel terus meningkat saat ini," ujar Ibrahim.
Ibrahim menambahkan, hanya saja, perlawanan bersenjata itu juga diiringi dengan upaya proses perundingan dan negosiasi damai dengan Israel, melalui upaya mediasi pemerintah Mesir dan Qatar.
Caranya adalah dengan mediasi pembebasan warga sipil dan tentara Israel yang disandera oleh Hamas. Itu untuk ditukar dengan masyarakat Palestina yang menjadi tawanan atau ditahan di penjara Israel.
"Tujuan lainnya ialah mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza atau bahkan penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza," jelas Ibrahim.
Sebagaimana diketahui, Israel yang sedang menjajah Palestina semakin mengabaikan hukum internasional dan semakin tidak berprikemanusiaan. Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu belum lama ini berjanji akan menyerang kota Rafah di Gaza Selatan.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Suhartono mengajak umat Islam membersamai mereka yang di Gaza khususnya dan di Palestina umumnya. Membersamai dalam doa dan aksi nyata.
"Apapun bentuknya kita harus ambil peran dan berpartisipasi bahkan berkontribusi total untuk mereka yang terzalimi dan tertindas," kata Suhartono kepada Republika, Jumat (3/5/2024)
Suhartono menyampaikan KNRP juga mendorong pemerintah agar bertindak dan mengambil peran, dalam menghentikan invasi Israel ke Rafah. Sebab invasi Israel itu akan mengancam nyawa 1,5 juta pengungsi yang berada di kota Rafah.
KNRP juga mengajak menggalang dan meningkatkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, minuman dan bantuan medis untuk Gaza. Karena bantuan yang masuk sangat terbatas, ditambah dengan kondisi buruk berupa gelombang panas, menyebarnya penyakit akibat meluapnya air limbah dan sampah, serta kondisi air yang tidak layak minum.