Senin 06 May 2024 07:22 WIB

Ini Dalih Israel Tutup Aljazirah di Israel

Jurnalis asing pun kini dilarang memasuki Gaza.

Rep: Mabruroh / Red: Setyanavidita livicansera
Kantor Aljazirah
Foto: Aljazirah
Kantor Aljazirah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan media Aljazirah akan ditutup di Israel. Netanyahu menuduh jaringan milik Qatar itu telah melakukan “hasutan” dan mengatakan keputusan Kabinet sudah final. 

Dilansir dari Saudi Gazette, Senin (6/5/2024), Aljazirah menyebut tindakan Israel tersebut sebagai tindakan “kriminal”. Jurnalis asing pun kini dilarang memasuki Gaza dan staf Aljazirah adalah satu-satunya reporter yang berada di sana.

Baca Juga

Selama bertahun-tahun, para pejabat Israel menuduh jaringan tersebut bias anti-Israel. Namun kritik mereka terhadap lembaga penyiaran tersebut semakin meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan lebih dari 250 orang disandera, 128 di antaranya masih belum ditemukan dan di antara mereka, setidaknya 34 orang diperkirakan telah meninggal.

Sedangkan korban meninggal di pihak Palestina sebanyak 34.683 orang dan 78.018 lainnya terluka di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Pihak berwenang Israel menyebut bahwa Aljazira memiliki hubungan dekat dengan Hamas, namun tuduhan itu langsung dibantah keras oleh jaringan tersebut. 

Bulan lalu, parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang memberi pemerintah wewenang untuk menutup sementara lembaga penyiaran asing yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional selama perang melawan Hamas. Menteri Komunikasi Shlomo Karhi mengatakan larangan itu “akan segera berlaku”. Itu perlu disertifikasi ulang setiap 45 hari.

Menurut perintah sementara, hal ini juga dapat mengakibatkan penutupan kantor, penghapusan situs web, dan penyitaan peralatan. Qatar, tempat Aljazirah bermarkas, menjadi penengah pembicaraan antara Israel dan Hamas mengenai konflik yang kini telah berlangsung hampir tujuh bulan.

Negosiasi sebelumnya yang dimediasi oleh Qatar menghasilkan gencatan senjata sementara dan pembebasan 105 sandera Israel. Saluran tersebut menuduh Israel sengaja menargetkan stafnya.

Jurnalis, termasuk Hamza Al-Dahdouh, putra kepala biro Al Jazeera Gaza Wael Al-Dahdouh, tewas akibat serangan Israel. Israel membantah menargetkan jurnalis. “Penindasan Israel terhadap kebebasan pers untuk menutupi kejahatannya dengan membunuh dan menangkap jurnalis tidak menghalangi kami untuk melakukan tugas kami,” kata jaringan tersebut dalam tanggapannya setelah larangan tersebut pada Ahad, (5/5/2024). 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement