Senin 06 May 2024 12:31 WIB

Bakteri di Stasiun Luar Angkasa Internasional Terpantau Bermutasi

Para peneliti membahas secara mendalam strain bakteri baru yang ditemukan di ISS.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station).
Foto: Dailymail.co.uk
Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mustahil bagi manusia mana pun untuk tidak pernah bersentuhan dengan bakteri. Namun, dengan banyaknya jenis bakteri yang dikaitkan dengan berbagai penyakit, penting untuk memverifikasi jenis bakteri apa yang ada.

Perihal bakteri ini rupanya tidak hanya jadi sorotan di Bumi, tetapi juga di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Baru-baru ini, para peneliti mendapati bakteri di ISS terpantau bermutasi menjadi bakteri yang sama sekali belum diketahui sebelumnya.

Baca Juga

Dikutip dari laman BGR, Senin (6/5/2024), para ilmuwan pertama kali menyoroti ini pada 2018. Kala itu, ditemukan lima strain bakteri yang resistan terhadap berbagai obat di ISS. Bakteri itu merupakan spesies enterobakteri baru Enterobacter bugandensis.  

Kini, di tahun 2024, para peneliti mengatakan setidaknya 13 strain dari Enterobacter bugandensis telah ditemukan di ISS. Artinya, strain asli dari bakteri tersebut telah bermutasi menjadi beberapa strain bakteri baru yang belum pernah terlihat di Bumi.

Karena ISS merupakan lingkungan yang sangat terkontrol, penemuan strain bakteri baru ini telah menimbulkan beberapa pertanyaan menarik mengenai upaya perjalanan ruang angkasa di masa depan. Memantau mikroba dan bakteri yang hidup di ISS sangat penting.

Salah satu tujuannya, untuk memastikan astronaut tetap sehat selama bertugas di ISS. Akibat gaya berat mikro dan peningkatan paparan radiasi yang ditawarkan stasiun luar angkasa tersebut, beberapa bakteri sering kali dapat bermutasi menjadi jenis baru.

Dalam studi yang dirilis Maret 2024, para peneliti membahas secara mendalam strain bakteri baru yang ditemukan di ISS. Bakteri ini merupakan patogen oportunistik, artinya hanya akan menyebabkan penyakit pada seseorang jika orang itu sedang berjuang melawan suatu penyakit atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.  

Untungnya, para astronaut di ISS telah menjalani pengujian yang ketat, sehingga penyakit jarang terjadi. Namun, karena para astronaut menghabiskan lebih banyak waktu di luar angkasa, sistem kekebalan mereka bisa melemah, sehingga masih ada peluang bakteri untuk menempel.

Para peneliti yang terlibat dalam studi percaya bahwa lingkungan unik di ISS bisa menjadi faktor yang mendorong bakteri terus bermutasi. Mereka berharap temuan itu akan mengungkap lebih banyak tentang dinamika ekosistem mikroba di ISS dan membantu menemukan cara-cara baru untuk memitigasi berbagai potensi ancaman di masa depan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement