REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mahasiswa-mahasiswi universitas terkemuka di Inggris, Oxford dan Cambridge mendirikan tenda-tenda protes pro-Palestina. Hal tersebut serupa dengan kampus-kampus di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Prancis.
Penyelenggara mengatakan aksi ini bagian dari solidaritas dengan rakyat Palestina. Mereka tidak menentukan sampai kapan tenda-tenda protes ini akan berdiri.
Dikutip Aljazirah, Senin (6/5/2024), sekitar 50 mahasiswa mendirikan tenda-tenda protes di Oxford. Para mahasiswa juga mendirikan tenda media, makanan, dan penyambutan.
Mahasiswa Oxford keturunan Yahudi-Amerika Kendall Gardner mengatakan salah satu tuntutan utama mahasiswa adalah universitas divestasi dari semua entitas dan pemegang kepentingan yang mendukung atau terlibat dalam penjajahan, apartheid dan genosida Israel di Gaza.
Mereka juga menuntut Universitas Oxford berkomitmen untuk membangun kembali sektor pendidikan tinggi Gaza yang dipimpin Palestina.
Sementara itu, polisi menangkap lebih dari 2.000 pengunjuk rasa pro-Palestina yang mendirikan tenda-tenda protes dan berdemonstrasi di kampus-kampus AS. Gelombang unjuk rasa di kampus-kampus di AS, Inggris, Kanada dan Prancis digelar untuk memprotes serangan Israel ke Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sudah lebih dari 34 ribu orang Palestina wafat dalam serangan Israel sejak Oktober lalu. Pakar mengatakan operasi militer Israel ke kantong pemukiman itu masuk dalam kategori genosida.
Unjuk rasa pro-Palestina di kampus-kampus terjadi di tahun politik AS. Pada Kamis (2/5/2024) pekan lalu lalu unjuk rasa pro-Palestina di University of Mississippi disambut pengunjuk rasa tandingan yang menyanyikan lagu kebangsaan dan membawa bendera AS.
Peristiwa di universitas unggulan di negara bagian Mississippi mengundang kemarahan dan kecaman luas setelah video viral menunjukkan sekelompok mahasiswa yang sebagian besar berkulit putih mengejek seorang pengunjuk rasa perempuan berkulit hitam.
Beberapa meneriakkan kata-kata rasis dan satu orang terdengar mengeluarkan suara monyet kepada mahasiswa kulit hitam tersebut.