Selasa 07 May 2024 07:56 WIB

UNICEF: Invasi Rafah Menimbulkan Risiko Bencana pada Anak-Anak

Perang selama lebih dari 200 hari sudah menghilangkan nyawa anak-anak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang kerabat warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel berduka di samping jenazah mereka yang dibungkus di luar Rumah Sakit Al-Najjar di Rafah, Jalur Gaza selatan, (6/5/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang kerabat warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel berduka di samping jenazah mereka yang dibungkus di luar Rumah Sakit Al-Najjar di Rafah, Jalur Gaza selatan, (6/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --  Direktur Eksekutif Dana Anak-anak PBB (UNICEF)  Catherine Russell mengatakan serangan darat Israel ke Rafah menimbulkan "risiko bencana" pada ratusan ribu anak-anak yang mengungsi di sana. Ia mengatakan saat ini Rafah merupakan kota anak-anak yang tidak memiliki tempat aman di Gaza.

"Bila operasi militer skala besar dimulai, tidak hanya menempatkan anak-anak berisiko mengalami kekerasan, tapi juga kekacauan dan kepanikan, dan di saat fisik dan kondisi mental mereka sudah melemah," kata Russell dalam pernyataannya seperti dikutip dari Aljazirah, Senin (6/5/2024).

Baca Juga

"Perang selama lebih dari 200 hari sudah menghilangkan nyawa anak-anak dalam jumlah yang tak terbayangkan," tambahnya. UNICEF mengatakan anak-anak di Gaza dibunuh dan terluka dalam jumlah "yang tak proposional." Sementara "gangguan pada kesehatan dan pendidikan semakin akut."

Sementara itu Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta perkembangan terbaru mengenai kesepakatan pembebasan sandera Israel di Gaza pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Termasuk perundingan yang sedang berlangsung di Qatar.

Netanyahu memberitahu Biden ia memastikan penyeberangan Karem Abu Salem antara Israel dan Gaza tetap dibuka untuk bantuan kemanusiaan. Perbatasan itu dituup pada Ahad (5/5/2024) kemarin setelah Hamas melepaskan tembakan roket ke sana.

Biden menegaskan "posisinya yang jelas pada Rafah" selama sambungan telepon dengan Netanyahu. Pernyataan Gedung Putih tidak menjelaskan posisi tersebut. Namun sebelumnya pejabat pemerintah AS mengatakan mereka menentang serangan darat ke Rafah tanpa rencana yang jelas untuk melindungi warga sipil.

Pada akhir April lalu pemerintah AS mengatakan mereka belum melihat rencana seperti itu dari militer Israel. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement