REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam kalender hijriah terdapat satu bulan yang mulia, yaitu bulan Dzulhijah. Pada bulan tersebut merupakan waktu untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji bagi umat muslim yang mampu. Selain itu, amalan lain yang dapat dilakukan oleh umat muslim ialah berdzikir.
Umat muslim yang beriman dianjurkan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahlil, serta berdzikir untuk mengharapkan pahala dan memohon ampun kepada Allah SWT. Mungkin memang amalan tersebut tidak jarang dilakukan oleh umat muslim. Namun, terdapat bacaan tahlil yang dianjurkan ketika 10 hari pertama bulan Dzulhijah sebagai berikut,
لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لَآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ
Arab Latin: Lâ-ilâha illallâhu ‘adadad duhûr, lâ-ilâha illallâhu ‘adada amwâjil buhûr, lâ-ilâha illallâhu ‘adadan nabâti was sajar, lâ-ilâha illallâhu ‘adadal qathri wal mathâr, lâ-ilâha illallâhu ‘adada lamhil ‘uyûni, lâ-ilâha illallâhu khairum mimma yajma’ûn, lâ-ilâha illallâhu min yaumina hâdzâ ilâ yaumi yunfakhu fis sûr.
Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah sepanjang hitungan masa, tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak di lautan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak tumbuhan dan pepohonan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak kedipan matan, tiada Tuhan selain Allah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan, tiada Tuhan selain Allah sejak hari ini hingga ditiupnya sangkakala.”
Bacaan tahlil tersebut dianjurkan berdasarkan kitab karya Syekh Abdul Hamid yang berjudul, Kanzun Najah was Surur menjelaskan dari Hadtis Riwayat Baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَفْضَلُ عِنْد اللهِ، وَلَا الْعَمَل فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى، مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام، أَيَّامُ الْعَشْر، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَذِكْرِ اللهِ. فَإِنَّهَا أَيَّامُ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرُ وَ ذِكْرِ اللهِ. وَإِنَّ صَيَامَ يَوْمٍ مِنْهَا يَعْدِلُ بِصِيَامِ سَنَةٍ. وَالْعَمَلُ فِيْهِنَّ يُضَاعَفُ سَبْعَمِائَةِ ضِعْفٍ. (رواه البيهقي)
Artinya, “Tidak ada hari yang lebih utama di sisi Allah, begitupun tidak ada amalan pada hari itu yang lebih disenangi oleh Allah, daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari awal Dzulhijah, maka perbanyaklah membaca tahlil, takbir dan mengingat Allah. Karena hari-hari tersebut merupakan hari-hari tahlil, takbir dan dzikir kepada Allah. Sungguh berpuasa satu hari dari hari-hari itu menyamai pahala puasa selama satu tahun. Amal yang dilakukan di dalamnya dilipatgandakan sampai 700 kali.”
Dalam kitab tersebut menjelaskan bahwa bagi seseorang yang telah membaca tahlil tersebut sebanyak 10 kali setiap hari selama 10 hari pertama pada bulan Dzulhijah, maka dosa yang lalu atau bahkan yang akan datang akan diampuni oleh Allah SWT.