REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok perjuangan pembebasan Palestina, Hamas, mengatakan mereka menyepakati kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan. Meski Israel mengatakan, mereka tidak bisa menerima kesepakatan itu karena syarat-syaratnya "diperlunak."
Amerika Serikat (AS) yang bersama Qatar dan Mesir, memainkan peran sebagai mediator dalam negosiasi kesepakatan tersebut. Mereka mengatakan, sedang mempelajari respon Hamas dan akan membahasnya dengan sekutu-sekutunya di Timur Tengah.
Berdasarkan detail yang diumumkan pejabat Hamas dan seorang pejabat AS yang mendapat pengarahan mengenai perundingan tersebut, berikut apa saja yang disepakati Hamas:
Tahapan Pertama
- Periode gencatan senjata selama 42 hari
- Hamas membebaskan 33 sandera Israel sebagai imbalannya, membuka peluang bagi Israel untuk membebaskan warga Palestina dari penjara-penjara Israel.
- Israel menarik sebagian pasukannya dari Gaza dan mengizinkan pergerakan bebas warga Palestina dari selatan ke utara Gaza.
Tahapan Kedua
- Periode 42 hari berikutnya kesepakatan itu menyebutkan tentang pemulihan “ketenangan yang berkelanjutan” di Gaza. Seorang pejabat yang mendapatkan penjelasan singkat mengenai perundingan gencatan tersebut mengatakan Hamas dan Israel sepakat untuk tidak membahas “gencatan senjata permanen”.
- Penarikan sebagian besar pasukan Israel dari Gaza.
- Hamas membebaskan para tentara cadangan Israel dan beberapa tentara sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina dari penjara.
Tahapan Ketiga
- Penyelesaian pertukaran jenazah dan dimulainya pelaksanaan rekonstruksi sesuai dengan rencana yang diawasi oleh Qatar, Mesir, dan PBB.
- Mengakhiri blokade total di Jalur Gaza.