REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (FR-PTMA) menggelar aksi bela Palestina dan kutuk Israel. Dalam aksinya, mereka meminta pemerintah Indonesia agar tidak sedikit pun berpikir atau bertindak untuk melakukan hubungan diplomatik dengan negara pelaku genosida itu.
"Poin ini merasa saya perlu tegaskan. Jangan sampai kemudian dalam pemerintahan yang baru nanti, yang akan dilantik tanggal 20 Oktober, kemudian nanti dalam periode tersebut sampai terjadi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel," ucap Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dadang Ma'mun dalam aksi di Kampus UMJ, Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Jika hal tersebut terjadi, kata dia, maka itu merupakan kejahatan yang luar biasa dan melanggar konstitusi. Dadan menilai, berjuang membela Palestina adalah berjuang menegakkan konstitusi bangsa ini yang secara tegas ada dalam pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
"Atas nama hak asasi manusia dan amanat konstitusi Republik Indonesia yang menegaskan, segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan serta aspek historis relasi Palestina dengan Indonesia," jelas dia.
Poin di atas merupakan salah satu sila dari Dasasila Pernyataan Sikap Aksi Bela Palestina dan Kutuk Israel yang dikeluarkan oleh FR-PTMA pada 'Aksi Bela Palestina dan Kutuk Israel' yang digelar serentak oleh 172 perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah dan Aisyiyah, Selasa (7/5/2024).
Hingga kini, tindakan genosida yang dilakukan Israel atas Palestina belum menemui titik terang. Konflik kembali memanas pada Oktober 2023 itu, ditandai dengan serangan brutal Israel ke Palestina, telah memakan korban sebanyak 35.000 orang dan terluka mencapai lebih dari 77.867 orang.
Atas kejadian yang tidak berperikemanusiaan itu FR-PTMA melakukan aksi bela Palestina di lingkungan kampus masing-masing secara serentak. Selain poin di atas, Dadang juga mengucapkan sembilan sila lain dalam aksi yang kemudian diikuti seruan oleh peserta aksi yang merupakan civitas akademika kampus.
Pertama, FR-PTMA mengutuk keras Israel atas agresi dan serangan militer yang tidak proporsional, penangkapan massal terhadap warga sipil Palestina, perusakan berbagai fasilitas umum, utamanya fasilitas kesehatan, serta blokade bantuan kemanusiaan.
Kedua, mengapresiasi sebesar-besarnya dukungan mahasiswa, dosen, dan guru besar di seluruh dunia yang sudah berani menyuarakan hati nurani dan akal sehatnya menolak kejahatan genosida Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina.
"Ketiga, mengecam keras sikap Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, dan negara-negara serta pihak-pihak lainnya yang terus memberikan dukungan dan bantuan terhadap Israel dalam agresi dan penyerangan terhadap Palestina," kata Dadang.
Keempat, meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memaksa dan memfasilitasi perundingan dan gencatan senjata Israel dan Palestina. Kelima, mendukung Internasional Criminal Court (ICC) mengadili Benjamin Netanyahu dan tokoh Israel lainnya yang terlibat dalam genosida warga Palestina.
Keenam, mengecam OIC (Organization of Islamic Cooperation), Rabithah Alami Islami, dan negara-negara Arab yang bersikap lemah serta cenderung membiarkan Israel melakukan kejahatan kemanusiaan berupa penyerangan dan pembuhuhan untuk kepentingan dalam negerinya sendiri.
Ketujuh, mengapresiasi atas konsistensi dan keberanian Menteri Luar Negeri RI dalam berbagai forum dunia untuk terus membela dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina, menolak kejahatan Israel, serta mengkritik keras kemunafikan Barat dalam kasus konflik Israel-Palestina.
"Kedelapan, FR-PTMA meminta agar pemerintah Indonesia memperkuat jalinan diplomasi dengan negara-negara lain untuk mewujudkan lahirnya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat," kata dia dengan lantang.
Terakhir, mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus memberikan perhatian serius terhadap perkembangan konflik Israel dan Palestina, dengan terus memberikan bantuan moral, material, dan spiritual terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Seruan aksi bela Palestina serentak di lingkungan PTMA dikeluarkan oleh FR-PTMA pada 3 Mei 2024. UMJ menggelar aksi bela Palestina di Kampus A, Cireundeu, Jakarta, tepatnya di Plaza UMJ dan Kampus B, Cempaka Putih, Jakarta, tepatnya di Lapangan Gedung Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK).
Pada aksi itu, ratusan civitas academica UMJ yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan menghentikan kegiatan harian baik perkuliahan maupun kantor, dan berkumpul di titik aksi sebagai bentuk dukungan dan pernyataan sikap tegas atas genosida terhadap warga Palestina yang sudah berlangsung lebih dari enam bulan.