REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga penyandang dana kesehatan global terbesar untuk pertama kalinya bergabung dalam kemitraan senilai 300 juta dolar AS, yang bertujuan untuk mengatasi dampak perubahan iklim, malnutrisi, dan penyakit menular serta resistensi antimikroba.
Novo Nordisk Foundation, Wellcome dan Bill & Melinda Gates Foundation mengumumkan kemitraan penelitian ini di Denmark pada Senin. Adapun penelitian akan difokuskan pada pencarian solusi yang terjangkau bagi masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Masing-masing lembaga akan memberikan dana sebesar 100 juta dolar AS untuk inisiatif tiga tahun ini.
“Tujuan utamanya adalah untuk mendobrak batasan antara bidang-bidang penelitian yang sering kali terisolasi," kata kepala eksekutif Novo Nordisk Foundation, Mads Krogsgaard Thomsen, seperti dilansir Reuters, Selasa (7/5/2024).
Sebagai contoh, Covid-19 menunjukkan bahwa obesitas dapat menjadi faktor risiko bagi keparahan beberapa penyakit menular, sementara peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim dapat menyebabkan kerawanan pangan, sehingga anak-anak yang kekurangan gizi menjadi lebih rentan terhadap penyakit mematikan seperti campak dan kolera.
Para mitra mengatakan bahwa kemajuan dalam ilmu nutrisi dan pemahaman mikrobioma usus membuka pintu untuk memahami lebih banyak tentang dampak kelebihan dan kekurangan gizi pada semua aspek kesehatan dan pembangunan.
Inisiatif ini juga penting mengingat perhatian global yang goyah terhadap kesehatan pasca pandemi. Kepala eksekutif Wellcome, John-Arne Rottingen, juga mengatakan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi kegagalan pasar dan menunjukkan komitmen global terhadap akses yang adil terhadap kemajuan medis.
Pendanaan ini juga akan mencakup dukungan bagi para peneliti yang berbasis di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan para mitra mengatakan bahwa mereka sedang mencari mitra swasta, filantropi, dan publik.
"Solusi yang paling efektif untuk tantangan-tantangan yang mendesak sering kali muncul dari masyarakat yang mereka pengaruhi," kata Catherine Kyobutungi, direktur eksekutif Pusat Penelitian Populasi dan Kesehatan Afrika, sebuah lembaga penelitian ilmiah terkemuka.