Selasa 07 May 2024 21:52 WIB

Kasus Kolera Terus Melonjak Selagi Persediaan Vaksin Masih Terbatas

Kasus kolera telah meningkat di seluruh dunia sejak 2021.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
 FILE - Pasien dengan gejala kolera duduk di pusat observasi di klinik kolera yang dikelola oleh Doctors Without Borders di Port-au-Prince, Haiti, Jumat, 7 Oktober 2022. Organisasi Kesehatan Dunia dan mitra merekomendasikan agar negara-negara untuk sementara beralih ke menggunakan dosis tunggal vaksin kolera _ bukan dua _ karena kekurangan vaksin global karena wabah penyakit yang ditularkan melalui air melonjak secara global.
Foto: AP/Odelyn Joseph
FILE - Pasien dengan gejala kolera duduk di pusat observasi di klinik kolera yang dikelola oleh Doctors Without Borders di Port-au-Prince, Haiti, Jumat, 7 Oktober 2022. Organisasi Kesehatan Dunia dan mitra merekomendasikan agar negara-negara untuk sementara beralih ke menggunakan dosis tunggal vaksin kolera _ bukan dua _ karena kekurangan vaksin global karena wabah penyakit yang ditularkan melalui air melonjak secara global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli memperingatkan mengenai risiko global ketika kasus kolera terus melonjak sementara persediaan vaksin masih terbatas. Kasus kolera telah meningkat di seluruh dunia sejak 2021.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun, ada sekitar 1,3 hingga empat juta kasus kolera di seluruh dunia. Dilansir Fox News, Selasa (7/5/2024), sekitar 21 ribu hingga 143 ribu kematian terjadi sebagai akibatnya.

Baca Juga

Sekitar 473 ribu kasus dilaporkan ke WHO pada 2022, dua kali lebih banyak kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus yang dilaporkan pada 2023 diperkirakan akan melebihi 700 ribu kasus.

"Sangat memprihatinkan melihat peningkatan jumlah kasus-kasus kolera di seluruh dunia, dengan sebagian besar kasus terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin," kata dr Renuga Vivekanandan, asisten dekan dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Creighton di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat (AS) kepada Fox News Digital.

Negara-negara yang paling terkena dampaknya ialah Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Haiti, Somalia,Sudan, Suriah, Zambia, dan Zimbabwe, menurut Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).  Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kolera biasanya menyebar ketika seseorang minum air atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae

UNICEF memperingatkan bajwa penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di lokasi yang pengolahan air minum dan limbahnya tidak memadai. UNICEF mencatat dalam sebuah pernyataan bahwa peningkatan penyakit kolera didorong oleh kesenjangan yang terus-menerus dalam akses terhadap air bersih dan sanitasi.

Lalu, apa penyebab meningkatnya kasus kolera belakangan ini? Dokter Vivekanandan mengatakan, ada beberapa penyebab kemungkinan meningkatnya kasus kolera ini.

"Saya pikir kasusnya mungkin meningkat karena perubahan iklim, perpindahan rumah akibat bencana, dan tidak adanya kondisi sanitasi yang baik, seperti sumber-sumber air yang buruk," kata dr Vivekanandan.

Selain itu, di AS ada vaksin dosis tunggal untuk kolera, yakni Vaxchora (lyophilized CVD 103-HgR). Mereka yang berusia antara dua hingga 64 tahun dan yang bepergian ke daerah penularan kolera aktif berhak menerimanya. Ada tiga vaksin kolera lainnya, namun tidak tersedia di AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement