REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Nawir Arsyad Akbar, Antara
Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, mengatakan sikap Ganjar Pranowo yang menegaskan akan beroposisi terhadap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bisa jadi mewakili sikap yang akan diambil partainya, PDI Perjuangan. Arifki menilai seandainya PDIP mantap beroposisi, daya tawar Ganjar akan tetap kuat demi menjaga kans maju lagi di Pilpres 2029.
“Ganjar mungkin saja diuntungkan jika PDIP oposisi, karena daya tawar politiknya tetap tinggi. Tetapi, bagi Puan Maharani ini bisa saja menjadi peluang baru melihat situasi politik, apalagi adanya wacana presiden Club yang digagas oleh Prabowo," kata Arifki, Selasa (7/5/2034).
Arifki menambahkan jika ditelisik peta koalisi Indonesia maju, sepertinya sudah ada ruang bergabungnya PKB dan NasDem. Ruang tersebut menjadikan PDIP lebih realistis berada dibarisan oposisi. Namun, situasi tersebut mungkin saja berbeda, jika di PDIP, Puan Maharani membaca peluang berbeda tentang langkah strategis PDI-P kedepannya.
Lalu lanjut Arifki, wacana Presidential Club tersebut mungkin saja tidak terealisasi jika PDIP berada di barisan oposisi. Sebagai ketua umum PDIP, lanjut Arifki tentu sikap politik yang bakal diambil oleh Megawati sangat keras dan tegas.
Ia menilai, Presidential Club tanpa Megawati mungkin saja terjadi. Apalagi ide tersebut bakal mempertemukan Megawati dengan Jokowi dan SBY secara rutin. Di balik belum harmonisnya hubungan tokoh-tokoh tersebut, ide yang dibangun Prabowo cukup menarik sebagai bagian dari persatuan bangsa dan rekonsiliasi elite pascapilpres.
"Presidential Club tersebut susah terjadi, apalagi jika PDI-P dipisahkan posisi Megawati sebagai mantan presiden dan ketua umum partai. Jika hal tersebut belum selesai, maka bakal sulit mewujudkan hal tersebut. Meskipun wacana tersebut sangat baik," kata Arifki menambahkan.