Rabu 08 May 2024 20:15 WIB

Direktur CIA Berkunjung ke Israel Bahas Rafah dengan Netanyahu

Lebih dari 1 juta orang termasuk 600 ribu anak-anak masih berada di Rafah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Petugas medis Palestina merawat seorang gadis yang terluka dalam pengeboman Israel di Jalur Gaza di Rumah Sakit Kuwait di kamp pengungsi Rafah, Gaza selatan, Selasa, 7 Mei 2024.
Foto: AP Photo/Ramez Habboub
Petugas medis Palestina merawat seorang gadis yang terluka dalam pengeboman Israel di Jalur Gaza di Rumah Sakit Kuwait di kamp pengungsi Rafah, Gaza selatan, Selasa, 7 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kantor berita Reuters melaporkan sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan Direktur Pusat Badan Intelijen (CIA) Amerika Serikat (AS) Williams Burns akan berkunjung ke Israel. Dikutip dari Aljazirah, Rabu (8/5/2024) Burns diperkirakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pertemuan ini digelar saat Israel menyerang Rafah, kota paling selatan Gaza. Kota di perbatasan Mesir itu menampung lebih dari satu juta pengungsi Palestina.

Baca Juga

Pada Senin (6/5/2024), militer Israel memerintahkan pengungsi di Rafah untuk mengungsi kembali ke zona perluasan humanitarian yang terletak 20 kilometer jauhnya. Serangan Israel ke Rafah menimbulkan keraguan perundingan delegasi Israel, Hamas, AS, Qatar, dan Mesir yang sedang berlangsung akan memberikan hasil.

Sementara itu, kantor berita Associated Press (AP) melaporkan AS menangguhkan pengiriman bom ke Israel pekan lalu karena khawatir Israel akan menggelar serangan skala penuh ke Rafah.

Berdasarkan informasi dari pejabat senior pemerintah, dalam laporannya, AP mengatakan pengiriman itu terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon atau lebih dari 900 kilogram dan 1.700 bom seberat 500 pon atau 226 kilogram.

Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan keputusan menangguhkan pengiriman tersebut diambil pekan lalu dan belum ada keputusan final apakah akhirnya akan mengirimkan bom-bom tersebut nanti.

Kepala badan bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan keputusan Israel menyerang Rafah dan penderitaan kemanusiaan yang ditimbulkannya tidak akan terlupakan.

Di media sosial, Griffiths mengatakan lebih dari 1 juta orang termasuk 600 ribu anak-anak masih berada di Rafah. Ia menambahkan perintah Israel pada warga untuk meninggalkan kota itu dan operasi darat mereka akan menimbulkan lebih banyak kematian dan pengungsian.

Griffiths mengatakan langkah Israel menutup penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir memotong pasokan bahan bakar dan menghentikan pergerakan bantuan dan staf dari dan ke Gaza.

“Keputusan yang diambil hari ini dan konsekuensinya terhadap penderitaan manusia akan dikenang oleh generasi setelah kita. Mari kita bersiap-siap menghadapi celaan mereka,” tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement