REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahan bakar sejumlah rumah sakit di selatan Gaza tinggal tiga hari untuk dapat beroperasi.
Israel merebut dan menutup penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir pada Selasa (7/5/2024). Langkah ini menutup Jalur Gaza dari dunia luar dan mengakibatkan ratusan ribu truk tertahan di perbatasan.
"Tanpa bahan bakar semua operasi kemanusiaan akan terhenti. Penutupan perbatasan menghambat pengiriman bantuan ke Gaza," kata Tedros di media sosial X seperti dikutip Aljazirah, Rabu (8/5/2024).
"Satu dari tiga rumah sakit di Rafah, Al Najar, tidak lagi berfungsi karena pertempuran di sekitarnya dan operasi militer di Rafah," tambahnya.
Ia menggemakan seruan para pemimpin politik dan kemanusiaan dunia meminta agar operasi militer di Rafah dihentikan. Militer Israel mengatakan mereka akan melanjutkan serangan dengan atau tanpa kesepakatan gencatan senjata.
Medical Aid for Palestine (MAP) mengatakan mereka menerima kabar terbaru dari kepala Rumah Sakit Al Najjar Dr Marwan Homs yang mengatakan rumah sakit tersebut sudah tidak berfungsi lagi karena semua staf telah diperintahkan untuk mengungsi.
"Ini adalah rumah sakit terbesar di Rafah," kata MAP.
"Ini berarti sistem kesehatan Rafah yang sudah terlalu padat dan kekurangan sumber daya kini hanya menyisakan Rumah Sakit Kuwait, yang merupakan rumah sakit LSM dengan kapasitas sekitar 16 tempat tidur; rumah sakit lapangan Marwani, yang hanya menjadi tempat stabilisasi trauma; dan Rumah Sakit Al Emairati, yang hanya menjadi rumah sakit bersalin," tambahnya.
Aljazirah melaporkan ribuan warga Palestina kelelahan dan panik saat mereka berjuang untuk mendirikan tempat penampungan sementara di pusat Gaza setelah melarikan diri dari Rafah di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung.