REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Laporan terbaru dari Community Pharmacy England (CPE) menunjukkan sejumlah apotek dan pasien di Inggris terdampak atas kelangkaan obat-obatan yang dibutuhkan untuk menangani kondisi mengancam jiwa. Laporan tersebut mengatakan situasi tersebut telah meningkat selama setahun terakhir, memengaruhi pengobatan penting untuk penyakit epilepsi dan ADHD (Attention-deficit/hyperactivity disorder) hingga menopause dan gangguan bipolar.
Laporan tersebut juga menegaskan tren yang mengkhawatirkan dalam dunia farmasi, di mana obat-obatan yang penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan menjadi semakin sulit diperoleh. “Pasien dan apotek komunitas terus dilanda masalah pasokan obat-obatan secara rutin,” ujar Kepala eksekutif sebuah organisasi layanan kesehatan terkemuka, Janet Morrison.
Morrison menekankan masalah pasokan ini merupakan salah satu tekanan utama yang dihadapi oleh apotek, dan jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan kondisi yang semakin buruk. Apotek-apotek di seluruh dunia telah menyuarakan keprihatinan atas kelangkaan obat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan takut akan konsekuensi yang mengerikan bagi pasien mereka.
Di antara obat-obatan yang terpengaruh oleh situasi kelangkaan adalah untuk epilepsi, ADHD, menopause, gangguan bipolar, dan fibrosis kistik. Kelangkaan obat-obatan ini telah mengakibatkan penundaan pasien dalam menerima obat yang diresepkan secara signifikan, sehingga meningkatkan kecemasan dan tekanan.