Ahad 12 May 2024 08:28 WIB

Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

Kualitas udara Jakarta hanya satu level di bawah Delhi India.

Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta. Pagi ini (12/5/2024), kualitas udara Jakarta tercatat terburuk nomor dua di dunia.
Foto: Republika/Prayogi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta. Pagi ini (12/5/2024), kualitas udara Jakarta tercatat terburuk nomor dua di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara di DKI Jakarta pada Ahad (12/5/2024) pagi berada dalam kategori tidak sehat. Jakarta bahkan berada di posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, pada pukul 07.26 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 160. Angka partikel halusnya (particulate matter/PM) 2,5, di angka konsentrasi 68,5 mikrogram per meter kubik.

Baca Juga

Konsentrasi tersebut setara 13,7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India) dengan AQI di angka 191. Adapun di posisi ketiga ada Dhaka (Bangladesh) di angka 157 dan Wuhan (China) di angka 139.

Selain Jakarta, situs pemantau kualitas udara tersebut juga mencatat sejumlah kota besar lain di Indonesia masuk dalam kategori tidak sehat. Di antaranya Tangerang Selatan (Banten) di angka 174, Bandung (Jawa Barat) di angka 170 serta Surabaya (Jawa Timur) di angka 154.

Masyarakat pun direkomendasikan untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat di luar, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor serta menyalakan penyaring udara.

Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa kualitas udara di Jakarta secara keseluruhan untuk polusi udara PM2,5 berada pada kategori sedang dengan indeks di angka berkisar antara 70-88. Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif.

Sebelumnya, BMKG mengungkapkan bahwa Jakarta mulai memasuki musim kemarau pada Mei dan diprediksi mencapai puncaknya pada Juni 2024. Bersamaan dengan itu, Jakarta diprediksi kembali dilanda polusi udara.

Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Albert Nahas mengatakan fenomena iklim global berupa El Nino, La Nina dan Dipole Mode Positif/Negatif turut mempengaruhi partikel polutan di Indonesia, termasuk di Jakarta. Albert mengungkapkan La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi Timur dan Barat berdasarkan respons PM2.5 terhadap La Nina. Salah satu dampaknya, konsentrasi PM2.5 cenderung tinggi pada malam hingga pagi hari dan rendah pada siang hari.

"Fenomena iklim global bisa mempengaruhi iklim di Indonesia yang juga berakibat ke kondisi PM2.5," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement