REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mewaspadai dampak musim kemarau, seperti kekeringan yang mengakibatkan warga kesulitan air bersih. Pembangunan sumur bor diharapkan dapat meminimalkan dampak kemarau itu.
“Pada musim kemarau tahun 2023, yang dibarengi dengan El Nino, di Banjarnegara terdapat puluhan desa di 15 kecamatan mengalami kekeringan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto, Sabtu (11/5/2024).
Aris mengatakan, dari puluhan desa terdampak kekeringan itu, terdapat sekitar 36 desa yang kondisinya paling kering dan lima desa termasuk kekeringan ekstrem. Ihwal daerah yang kekeringan ekstrem, kata dia, kondisinya sering kali kesulitan air bersih, meskipun musim hujan.
Menurut Aris, sejumlah desa rawan kekeringan itu mayoritas berada wilayah selatan Banjarnegara, seperti wilayah Kaliajir, Jalatunda, dan Wanarata. “Oleh karena itu, pembuatan sumur bor yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diprioritaskan di desa-desa yang masuk kategori ekstrem, dengan harapan bisa mengurangi dampak musim kemarau,” kata dia.
Menghadapi musim kemarau, Aris mengatakan, pihaknya juga menyiapkan bantuan air bersih bagi warga yang membutuhkan. Selain dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, kata dia, pihaknya juga mengupayakan dukungan bantuan air bersih dari organisasi dan instansi lainnya maupun dunia usaha.
“Hal itu berkaca dari realisasi penyaluran bantuan air bersih pada musim kemarau tahun 2023 yang mencapai kisaran lima juta liter,” kata Aris.