REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terus menggiatkan pelacakan atau skrining kasus penyakit tuberkulosis (TBC). Sasarannya, antara lain siswa sekolah dan santri pondok pesantren.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan Slamet Budiyanto menjelaskan, TB atau TBC merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. “Penyakit ini sangat mudah menular melalui percikan ludah (droplet) penderita tuberkulosis yang batuk atau bersin. Oleh karena itu, kami mengimbau pada masyarakat agar bisa menghindari penularan penyakit itu,” kata dia, Sabtu (11/5/2024).
Sejak 2023, dilaporkan kasus TBC baru tercatat sebanyak 900 orang. Sebagai langkah pencegahan penularan, Slamet mengatakan, petugas kesehatan mengunjungi beberapa pondok pesantren dan sekolah menengah pertama untuk melakukan skrining.
Skrining dilakukan dengan pemeriksaan dahak siswa atau santri, utamanya yang mengalami batuk. “Kami cek dahak, kemudian dikirim ke rumah sakit atau puskesmas yang memiliki alat tes cepat molekuler (TCM) untuk diketahui apakah di dahak tersebut ada kuman TBC atau tidak. Jika hasilnya positif, akan diobati,” kata Slamet.
Menurut Slamet, Dinkes Kota Pekalongan berupaya menggiatkan pelacakan kasus TBC agar bisa terdeteksi lebih dini dan dapat segera ditangani. Ia mengatakan, langkah tersebut dalam upaya mendukung program pemerintah untuk mencapai Indonesia bebas dari TBC pada 2030.
Satuan atau lembaga pendidikan di Kota Pekalongan diharapkan dapat berperan serta dalam mendeteksi kasus TBC. “Kami berharap Dinas Pendidikan bersama satuan pendidikan bisa melakukan skrining awal. Apabila ada anak yang batuk lebih dari dua minggu, kemudian lesu, agar bisa segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk diketahui apakah yang bersangkutan sakit tuberkulosis atau bukan, sehingga cepat tertangani,” kata Slamet.