REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan menghentikan pasokan senjata Inggris ke Israel hanya akan memperkuat Hamas. Pada pekan ini Israel memerintahkan pengungsi Palestina di Rafah untuk melakukan evakuasi.
Perintah ini mengindikasikan, Israel melanjutkan rencana untuk menggelar serangan ke kota paling selatan Jalur Gaza itu. Meski Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengancam akan menahan pasokan senjata bila Israel melanjutkan rencananya.
Cameron mengatakan ia tidak mendukung operasi militer ke Rafah tanpa rencana untuk melindungi ratusan ribu warga sipil yang mencari perlindungan di sana. Namun, katanya, posisi Inggris "sepenuhnya berbeda" dengan AS dalam memasok senjata ke Israel.
Ia mencatat senjata Israel yang berasal dari Inggris kurang dari 1 persen. "Kami dapat, bila kami memutuskannya, untuk mengirim semacam pesan politik dan kami mengatakan kami akan mengambil langkah politik," kata Cameron pada BBC, Ahad (12/5/2024).
"Terakhir kali saya mendesak untuk melakukan itu, beberapa hari kemudian Iran menggelar serangan brutal ke Israel, termasuk dengan 140 rudal jejalah," tambahnya. Cameron mengatakan "jawaban lebih baik" bila Hamas yang menguasai Gaza menerima kesepakatan gencatan senjata.
"Hanya karena hari ini mengumumkan kami akan mengubah seluruh pendekatan kami pada ekspor senjata dibandingkan melalui proses hati-hati, yang akan memperkuat Hamas, yang akan memperkecil kemungkinan kesepakatan gencatan senjata, saya pikir itu bukan pendekatan yang tepat," katanya.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke Gaza sejak Oktober lalu sudah menewaskan hampir 35 ribu orang.