Senin 13 May 2024 15:25 WIB

5 Adab Ketika Berada di Kamar Mandi

Setiap Muslim harus memperhatikan adab ketika memasuki kamar mandi.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi memasuki toilet.
Foto: VOA
Ilustrasi memasuki toilet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika berada di kamar mandi, setiap Muslim harus memperhatikan adab berikut ini.

Pertama, mengucapkan doa sebelum memasuki kamar mandi

Sebagaimana dalam hadis dijelaskan bahwa Nabi Muhammad ketika memasuki jamban mengucapkan bismillah dan mengucapkan doa. 

Baca Juga

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِى آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki tempat buang hajat, lalu ia ucapkan “Bismillah.” (HR. Tirmidzi). 

Kemudian, dalam hadis lain dari Anas bin Malik, beliau mengatakan:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan). (HR. Bukhari dan Muslim). 

Kedua, mendahulukan kaki kanan daripada kaki kiri 

Mendahulukan kaki kanan dalam setiap perkara adalah salah satu kebiasaan Nabi Muhammad SAW, termasuk ketika memasuki kamar mandi. 

Bahkan, Nabi Muhammad juga sudah terbiasa memakai sandal dengan mendahulukan kaki kanan daripada kaki kiri. 

Sebagaimana terdapat dalam hadits:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap  perkara (yang baik-baik). (HR. Bukhari dan Muslim). 

Ketiga, tidak menghadap kiblat atau pun membelakanginya

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا » . قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ ، فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى

Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah ta’ala. (HR. Bukhari dan Muslim). 

 

Keempat...Lihat halaman berikutnya >>>

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement