Senin 13 May 2024 22:20 WIB

Din Syamsuddin Ingatkan Bahaya Kemungkaran Struktural

Kemungkaran struktural berdaya rusak dahsyat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Cendekiawan muslim Prof Din Syamsuddin, menyebut kemungkaran struktural berdaya rusak dahsyat
Foto: dok Muhammadiyah
Cendekiawan muslim Prof Din Syamsuddin, menyebut kemungkaran struktural berdaya rusak dahsyat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin tidak bosan-bosannya mengingatkan bahaya kemungkaran struktural yang melilit kehidupan bangsa dan negara. 

Hal ini disampaikan Prof Din saat berceramah dalam acara "Halal Bihalal dan Hari Bermuhammadiyah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta Barat" di Masjid Uswatun Hasanah, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Sabtu (11/5/2024). 

Baca Juga

"Kemungkaran struktural ini berdaya rusak dahsyat dan berdampak sistemik efektik terhadap kehidupan bangsa dan negara," ujar Prof Din dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Ahad (12/5/2024). 

Prof Din Syamsuddin menegaskan, jika kemungkaran struktural ini tidak dihentikan, maka potensial membawa bangsa dan negara ke arah kebangkrutan. 

Secara khusus, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, kemungkaran struktural berupa sistem kenegaraan ultra liberal yang berlaku di Indonesia telah dan tengah meminggirkan kekuatan politik Islam formal. 

Menurut dia, dampaknya lebih buruk dari Depolitisasi Islam oleh Rezim Orde Baru, karena kemungkaran struktural telah berdampak pada kemungkaran kultural bangsa/umat dengan merajalelanya pragmatisme, materialisme, dan oportunisme politik. 

Dia menuturkan, umat Islam secara de facto memisahkan politik dari agama. Hal demikian melengkapi keterpurukan umat Islam dalam bidang ekonomi, yaitu dengan adanya kesenjangan ekonomi antara segelintir orang yang bersekongkol dengan rezim penguasa dan umat Islam/rakyat Indonesia yang terpuruk secara ekonomi. Rakyat Indonesia bagaikan ayam yang mati kelaparan di lumbung padi. 

Solusinya, menurut Presidium Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat (GPKR) ini adalah perubahan dari dalam atau change from within.

Namun, menurut Prof Din, rakyat Indonesia kehilangan momentum 10 tahun dengan kepemimpinan nasional yang tidak tampil sebagai penyelesai masalah (problem maker), tapi sebagai bagian dari masalah (a part of the problem), bahkan sebagai pencipta masalah (a problem maker).

"Partai-partai politik pun tidak bisa diharapkan karena hampir semua mereka tiarap, dan para pemimpinnya tersandera kasus korupsi, sehingga lidahnya kelu dan kakinya kaku utk menyuarakan kebenaran. Inilah lingkaran setan Indonesia yang harus segera diatasi," ucap Prof Din.

Sebelumnya, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu ini juga menjelaskan hakikat bermuhammadiyah yang tiada lain berjuang dan beramal demi izzul Islam wal Muslimin, dan mencari ridha Allah SWT.

Secara khusus, dia pun memuji Masjid Uswatun Hasanah Muhammadiyah Jakarta Barat yang sering menggelar bazar gratis khususnya untuk keluarga tak mampu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement