Selasa 14 May 2024 21:13 WIB

Tentang Musik dan Peradaban Manusia

Musik pada masa lalu adalah kegiatan komunal dan

Red: Fitriyan Zamzami
Warga mengikuti pawai takbir keliling dengan menembangkan bersama macapat di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Foto: ANTARA
Warga mengikuti pawai takbir keliling dengan menembangkan bersama macapat di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Oleh : Fitriyan Zamzami, wartawan Republika

Alkisah, Plato, sang filsuf dari Yunani sekali waktu bicara soal musik. “Bentuk dan ritme dalam musik tak pernah berubah tanpa mengubah juga seluruh tatanan masyarakat,” tulisnya dalam karya masyhurnya, Republic. Plato meyakini, musik dan masyarakat tempatnya diproduksi berkelindan sangat erat satu sama lain. 

Barangkali sejak awal peradaban, nyanyian dan jenis musik tertentu sudah menemani umat manusia. Bisa jadi, ia lahir bersamaan dengan bahasa. Manusia sejak lahir agaknya secara naluriah sudah punya bawaan untuk mengenali suara-suara yang indah dan tentunya yang fals juga.

Baca Juga

Pada peradaban lama, musik dan nyanyian adalah komunikasi dua arah. Dua penyair yang saling berdendang mencoba mengalahkan satu sama lain, misalnya. 

Atau ambil contoh di Kepulauan Biak Numfor di Teluk Cendrawasih, Papua. Di sana, ada tradisi namanya Wor. Ia adalah semacam nyanyian dan tarian komunal. Seorang pendendang biasanya naik kemudian melantunkan lirik-lirik sakralnya, sejurus kemudian kelompok pendengar membalas atau ikut menyanyikan lirik-lirik tersebut. Ada komunikasi di situ.