Selasa 14 May 2024 21:32 WIB

Mensyukuri Nikmat Allah dengan tidak Berghibah

Ghibah merusak persahabatan.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi berdzikir sebagai cara menghindari ghibah.
Foto: Thoudy Badai/Republika
Ilustrasi berdzikir sebagai cara menghindari ghibah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada manusia mulut dan lidah, dua organ yang sangat berharga. Namun, tidak semua orang beruntung bisa menggunakan anugerah ini dengan sempurna. 

Banyak di antara manusia yang diuji dengan penyakit pada kedua organ tersebut, sehingga kesulitan berbicara atau bahkan harus berkomunikasi dengan bahasa isyarat. 

Baca Juga

Dalam situasi seperti ini, tidakkah kita merasa bersyukur atas nikmat mulut dan lidah yang diberikan oleh Allah?

Allah berfirman:

أَلَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ عَيۡنَيۡنِ¤ وَلِسَانًا وَشَفَتَيۡنِ

 

"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua buah bibir?" (QS Al Balad: 8-9).

Rasa syukur terbaik atas nikmat ini diwujudkan dengan mengakui bahwa semua adalah karunia Allah, memuji-Nya, dan menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada-Nya. 

Menggunakan mulut dan lidah untuk hal-hal yang tidak baik adalah bentuk ingkar nikmat yang sangat tercela. Salah satu sikap tercela yang tidak menggunakan mulut dan lidah dengan baik adalah membicarakan orang lain atau ghibah. 

Oleh karena itu, setiap umat Muslim harus berusaha untuk menjaga lisannya dari setiap perkataan buruk yang membawanya ke dalam dosa. 

Menjaga lisan dari membicarakan keburukan orang lain bukan hanya wujud syukur, tetapi juga bentuk nyata dari rasa persaudaraan, terutama di antara sesama Muslim. 

Dengan tidak mengungkap aib mereka, seseorang berarti menjaga kehormatan mereka. Sebagai balasannya, Allah Ta’ala akan menjaga kehormatan umat Muslim yang menjaga lisannya.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

مَن نفَّسَ عن مُؤْمنٍ كُرْبَةً مِن كُرَبِ الدُّنيا؛ نفَّسَ اللهُ عَنه كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَوْمِ القِيامَةِ، ومَن ستَرَ مُسْلمًا ستَرَه اللهُ في الدُّنيا والآخِرَةِ، ومَن يسَّرَ على مُعْسِرٍ يسَّرَ اللهُ عليه في الدُّنيا والآخِرَةِ، واللهُ في عَوْنِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَوْنِ أَخيه

"Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang Muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seseorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barang siapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya" (HR Muslim no 2699, Tirmidzi no 2945, Ibnu Majah no 225, Abu Daud no 1455, dan Ahmad no 7427). 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement