Selasa 14 May 2024 23:39 WIB

Bertemu Duta Besar China, Indonesia Bahas Kerja Sama Pengolahan Nikel

Total nilai perdagangan Indonesia-China pada 2023 sebesar 127,8 miliar dolar AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/12/2021). Dua perusahaan smelter yaitu VDNI mencatat hingga bulan September 2021 mencatat ekspor NPI mencapai 618.117 metric ton (MT) atau senilai sekitar Rp17 triliun sedangkan pihak OSS mencatat ekspor NPI dan stainless steel sebesar 880.643 MT atau setara Rp24,5 triliun.
Foto: Antara/Jojon
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/12/2021). Dua perusahaan smelter yaitu VDNI mencatat hingga bulan September 2021 mencatat ekspor NPI mencapai 618.117 metric ton (MT) atau senilai sekitar Rp17 triliun sedangkan pihak OSS mencatat ekspor NPI dan stainless steel sebesar 880.643 MT atau setara Rp24,5 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mendorong peningkatan kerja sama Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China di berbagai bidang khususnya ekonomi, perdagangan dan investasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan dengan Duta Besar China untuk Indonesia YM Lu Kang di Kantor Kemenko Perekonomian. Dijelaskan, China merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia.

Total nilai perdagangan Indonesia-China pada 2023 sebesar 127,8 miliar dolar AS. Neraca perdagangan kedua negara pada 2023 telah menunjukkan keseimbangan, Indonesia mengalami surplus untuk pertama kalinya. 

Pada 2023, kata dia, China juga merupakan investor terbesar kedua setelah Singapura dengan jumlah investasi sebesar 7,4 miliar dolar AS. Nilai tersebut menurun sekitar 9,7 persen dari 8,2 miliar dolar AS pada 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menyampaikan, akan menjajaki agar dilakukan kerja sama pembangunan R & D Center antara UGM dengan CNGR Co.Ltd. Perusahaan CNGR merupakan perusahaan RRT yang berbasis di Guangxi, China dan memiliki teknologi baru dan mutakhir dibidang pengolahan nikel.