Rabu 15 May 2024 08:52 WIB

15 Ton Garam Disiapkan untuk Modifikasi Cuaca di Sumbar

Penaburan garam menjadi salah satu cara efektif mengendalikan potensi awan penghujan.

Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan pemandangan umum kawasan terdampak banjir bandang di Tanah Datar, Sumbar. BMKG menyiapkan 15 ton garam untuk teknologi modifikasi cuaca di Sumbar.
Foto: EPA-EFE/MUHAMMAD ALI
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan pemandangan umum kawasan terdampak banjir bandang di Tanah Datar, Sumbar. BMKG menyiapkan 15 ton garam untuk teknologi modifikasi cuaca di Sumbar.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyiapkan 15 ton garam untuk ditabur ke langit wilayah Sumatra Barat (Sumbar). Penaburan garam digunakan dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca sebagai upaya pengendalian dampak bencana di daerah itu yang dimulai hari ini, Rabu (15/5/2024).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pada kesempatan pertama ada tiga kali sorti penerbangan pesawat untuk menaburkan garam atau zat NaCl tersebut yang dilakukan dengan bantuan personel TNI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Begitu seterusnya, tiga sorti per hari paling tidak berlangsung selama lima hari ke depan setelahnya akan kami evaluasi," kata dia.

Baca Juga

Ia menjelaskan sebagaimana pengalaman yang dilakukan sebelumnya, modifikasi cuaca dengan cara menabur zat NaCl ke langit menggunakan pesawat tersebut merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengendalikan potensi awan penghujan. BMKG menilai upaya tersebut perlu juga diterapkan di Sumatra Barat yang berdasarkan hasil analisa cuaca diprakirakan hingga 22 Mei 2024 berpotensi diguyur hujan intensitas sedang hingga sangat deras.

Kondisi cuaca tersebut sebelumnya telah terdeteksi oleh BMKG sejak 6 Mei 2024. Bahkan menurut dia, puncaknya telah memicu bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi, dan banjir bandang disertai tanah longsor dengan dampak kerusakan parah di Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Dari hasil analisa BMKG mendapati fenomena Sirkulasi Sinklonik atau pembentukan awan dan belokan angin lokal di Sumatra Barat turut berkontribusi atas derasnya intensitas hujan hingga mencapai lebih dari 150 mm/hari di wilayah itu. "Semoga dengan ini dapat dikendikannya hujan sehingga memperlancar proses pencarian korban, evakuasi, dan normalisasi lingkungan penguatan lereng sungai perbaikan jalan yang putus," kata dia.

Pusdalops BNPB melaporkan sejumlah kecamatan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang dilanda banjir bercampur material lahar pada Sabtu (11/5/2024) malam. Kemudian setelah asesmen pada Senin (13/5/2024) bencana juga melanda wilayah Padang Pariaman, dan Kota Padang.

Bencana tersebut dilaporkan menimbulkan dampak kerusakan yang cukup serius. Data Kantor SAR Sumatra Barat mencatat sampai dengan Selasa (14/5/2024) pukul 15.00 WIB, tercatat ada sebanyak 20 orang korban banjir lahar dingin yang hilang. Untuk Kabupaten Agam ada dua korban hilang dengan nama masing-masing Sahar, dan Halimahtusadiah, warga Kecamatan Candung.

Kabupaten Tanah Datar ada 18 orang korban hilang dengan nama masing-masing; Aranda Dwiki, Dasman, Khardial, Mak En, Adiwarman, Yusuf, Dhantya Sri Dewi, Ahmad Gavid, Buyung Aben/Rusdi, Farhan/Rafa, Elviana, Nadjwa Puti Adira, Puti Nadifa, Umi Raisa, Fauziah, Aira Ramadhani, Baherma, Abi Akbar. Sementara untuk jumlah korban meninggal dunia dalam bencana ini terdata dari Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Padang Pariaman, Padang total 52 orang atau bertambah delapan orang dari jumlah sebelumnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement