REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam buku 37 Masalah Populer menjelaskan makna bid'ah menurut para imam dan ulama terkemuka. Dalam penjelasannya, UAS mengawali dengan menuliskan dua hadits di bawah ini.
Dari Jabir bin Abdillah. Ia berkata, “Ketika Rasulullah SAW menyampaikan khutbah, kedua matanya memerah, suaranya keras, marahnya kuat, seakan-akan ia seorang pemberi peringatan pada pasukan perang, Rasulullah SAW bersabda: Dia yang telah menjadikan kamu hidup di waktu pagi dan petang."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi, "Aku diutus, hari kiamat seperti ini." Rasulullah SAW mendekatkan dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengah.
Kemudian Rasulullah SAW berkata lagi, “Amma ba’du (adapun setelah itu), sesungguhnya sebaik-baik cerita adalah kitab Allah (Alquran). Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang dibuat-buat. Tiap-tiap perkara yang dibuat-buat itu dhalalah (sesat)." (HR Imam Muslim).
Dari al-‘Irbadh bin Sariyah, ia berkata, "Rasulullah SAW suatu hari memberikan nasihat kepada kami setelah sholat Shubuh, nasihat yang sangat menyentuh, membuat air mata menetes dan hati bergetar. Seorang laki-laki berkata: Sesungguhnya ini nasihat orang yang akan pergi jauh, apa yang engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah."
Rasulullah SAW menjawab, “Aku wasiatkan kepada kamu agar bertakwa kepada Allah. Tetap mendengar dan patuh, meskipun kamu dipimpin seorang hamba sahaya berkulit hitam. Sesungguhnya orang yang hidup dari kamu akan melihat banyak pertikaian. Jauhilah perkara yang dibuat-buat, sesungguhnya perkara yang dibuat-buat itu dhalalah (sesat). Siapa yang mendapati itu dari kalian, maka hendaklah ia berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ Rasyidin yang mendapat hidayah. Gigitlah dengan gigi geraham.” (HR Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Makna Bid'ah
Pendapat Imam Asy-Syathibi:
Suatu cara atau kebiasaan dalam agama Islam, cara yang dibuat-buat, menandingi syariat Islam, tujuan melakukannya adalah sikap berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Bid’ah adalah suatu cara atau kebiasaan dalam agama Islam, cara yang dibuat-buat, menandingi syariat Islam, tujuan melakukannya seperti tujuan melakukan cara dalam syariat Islam.
Pendapat Imam al-‘Izz bin Abdissalam:
Bid’ah adalah perkara yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah SAW.
Pendapat Imam an-Nawawi:
Para ahli bahasa berkata, bid’ah adalah semua perbuatan yang dilakukan, tidak pernah ada contoh sebelumnya.
Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
Segala sesuatu yang dibuat-buat tanpa ada contoh sebelumnya disebut bid’ah, apakah itu terpuji ataupun tercela.
Dalam bukunya, UAS menjelaskan bahwa semuanya sepakat bahwa bid’ah ada perkara yang dibuat-buat, tanpa ada contoh sebelumnya, tidak diucapkan atau dilakukan Rasulullah SAW.
Bid’ah Tidak Bisa Dibagi, Benarkan?
Seperti yang disebutkan para ulama di atas, semua sepakat bahwa bid’ah adalah apa saja yang tidak ada pada zaman Rasulullah SAW. Jika demikian maka mobil adalah bid’ah, maka kita mesti naik onta.
Tentu orang yang tidak setuju akan mengatakan, “Mobil itu bukan ibadah, yang dimaksud bid’ah itu adalah masalah ibadah."
Dengan memberikan jawaban itu, sebenarnya ia sedang membagi bid’ah kepada dua. Yakni bid’ah urusan dunia dan bid’ah urusan ibadah. Bid’ah urusan dunia, boleh. Bid’ah dalam ibadah, tidak boleh.
Kalau bid’ah bisa dibagi menjadi dua, yakni bid’ah urusan dunia dan bid’ah urusan ibadah, mengapa bid’ah tidak bisa dibagi kepada bid’ah terpuji dan bid’ah tercela?
Oleh sebab itu para ulama membagi bid’ah kepada dua, bahkan ada yang membaginya menjadi lima. Berikut pendapat para ulama, sebagiannya berasal dari kalangan Salaf (tiga abad pertama Hijrah).