DIAGNOSA -- Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang dialami anak berusia di bawah 5 tahun, dimana pertambahan tinggi dan berat badannya tidak sesuai dengan usia. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan kasus stunting mengalami penurunan hingga mencapai 21,6% pada tahun 2022. Namun, angka ini masih tergolong tinggi karena berarti 1 dari 5 anak di Indonesia menderita stunting, sehingga diperlukan upaya untuk mencegah stunting pada anak oleh kita semua.
Stunting tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik anak, namun juga perkembangan otak dan kognitif, kekebalan tubuh serta metabolisme anak. Oleh karena itu, Child Stunting Reduction menjadi target pertama dari Global Nutrition Targets 2025 sekaligus indikator kunci Sustainable Development Goal (SDG) of Zero Hunger.
Penyebab Stunting
Penyebab utama stunting adalah kondisi gizi buruk yang terjadi dalam jangka panjang, bahkan sejak anak masih berada dalam kandungan. Ketika makanan yang dikonsumsi ibu hamil tidak mampu memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan, janin akan mengalami hambatan untuk tumbuh kembang secara optimal hingga kelahiran.
Masalah kekurangan gizi bisa juga terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, dimana kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi oleh ASI (air susu ibu) dan MPASI (makanan pendamping ASI yang dikonsumsinya.
Penyebab lainnya adalah infeksi yang terjadi berulang kali, kurangnya sanitasi dan persediaan air bersih, atau anak mengalami penyakit bawaan yang menghambat penyerapan nutrisi.
Gejala Stunting
Gejala stunting baru mulai terlihat jelas saat anak mencapai usia 2 tahun, antara lain:
1. Tinggi badannya lebih pendek daripada anak-anak seusianya.
2. Tidak mengalami kenaikan berat badan seperti anak-anak seusianya.
3. Lemas dan kurang aktif.
4. Lebih sering terserang infeksi.
Cegah Stunting dengan Langkah ABCDE
Stunting adalah masalah kesehatan yang harus menjadi prioritas kita bersama dalam rangka mewujudkan Generasi Emas 2045. Lakukan langkah-langkah ABCDE untuk mencegah stunting pada anak, yaitu:
(A) Aktif Minum Tablet Tambah Darah
TTD mengandung zat besi dan asam folat yang dibutuhkan untuk regenerasi sel-sel darah merah dan mencegah anemia, salah satu penyebab stunting yang mungkin sudah dialami sejak remaja. Oleh karenanya, remaja putri usia produktif harus mulai rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 1 tablet per minggu. Sedangkan ibu hamil harus minum TTD setiap hari selama kehamilan.
(B) Bumil Teratur Periksa Kehamilan
Ibu hamil harus rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan terdekat oleh dokter atau bidan, minimal 6 kali selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan pertama dilakukan 1 kali pada trimester pertama oleh dokter, kemudian 2 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga, salah satunya oleh dokter. Selama 6 kali pemeriksaan kehamilan, 2 kali harus dilakukan oleh dokter dengan menggunakan Ultrasonografi (USG).
(C) Cukupi Konsumsi Protein Hewani
Konsumsi protein hewani yaitu ati, telur, ikan, unggas, daging merah dan ikan, selama kehamilan. Kecukupan protein hewani dalam makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi usia di atas 6 bulan, terbukti membantu mencegah kekurangan gizi.
(D) Datang ke Posyandu setiap bulan untuk
1. Timbang pertumbuhan berat badan
2. Ukur pertumbuhan tinggi badan
3. Imunisasi wajib dan tambahan
4. Pemantauan status gizi anak dan ibu
(E) Eksklusif ASI 6 Bulan dan MPASI
Pemberian ASI eksklusif bagi bayi hingga usia 2 tahun dilanjutkan dengan pemberian MPASI bagi bayi usia 6-59 bulan, dapat mencegah stunting pada anak, terutama saat kebutuhan gizi ibu juga tercukupi.
Selain ibu hamil, keluarga dan masyarakat juga dapat membantu mencegah stunting pada anak dengan:
1. Mendukung persalinan terencana, baik secara finansial, emosional, pengetahuan, dan administrasi.
2. Mengukur dan memantau laju pertumbuhan serta perkembangan anak di Posyandu.
3. Memberi perhatian khusus pada bayi dengan faktor risiko sesuai upaya “Seribu Hari Pertama Kehidupan.
4. Meningkatkan pengetahuan kader dan tokoh masyarakat tentang gizi ibu hamil dan anak. 5. Penapisan balita dan pendampingan kasus stunting.
Kapan Anak harus Dibawa ke Dokter?
Penemuan kasus stunting di posyandu atau fasilitas kesehatan utama harus segera ditindaklanjuti oleh dokter dan tenaga kesehatan. Dokter atau bidan bisa menyarankan rawat jalan atau rawat inap sesuai gejala yang ditemukan.
Jika semua berperan dalam mencegah stunting pada anak, kita semua siap melahirkan generasi penerus yang sehat secara fisik dan mental.
Sumber: Kemenkes