REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Takabur atau sombong adalah salah satu sifat yang sangat tidak disukai dalam berbagai ajaran moral dan agama. Sifat ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang lain dan lingkungan sekitar.
Di samping itu, sifat sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain
Allah ta’ala berfirman:
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ {18}
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman:18).
Dalam salah satu hadis lain juga dijelaskan dari Haritsah bin Wahb Al-Khuza'i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabur (sombong). (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Secara pribadi, takabur dapat menghancurkan karakter seseorang. Orang yang sombong cenderung merasa lebih superior dari orang lain, yang membuat mereka sulit menerima kritik atau masukan yang membangun.
Sifat tersebut dapat menghambat proses belajar dan perkembangan diri karena mereka merasa sudah tahu segalanya.
Selain itu, sikap sombong sering kali membuat seseorang kehilangan empati, yang merupakan elemen penting dalam hubungan sosial dan emosional yang sehat.
Dalam Islam, misalnya, takabur adalah salah satu sifat yang sangat dibenci Allah. Sifat ini menunjukkan kesombongan manusia yang lupa akan kebesaran Allah dan merasa dirinya paling hebat.
Dalam konteks ini, takabur bisa menjauhkan seseorang dari keberkahan dan rahmat Allah.