Sabtu 18 May 2024 16:06 WIB

Marak Komersialisasi Pendidikan, Begini Peringatan Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali mengecam pihak-pihak yang menggunakan ilmu untuk mengejar duniawi.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Fitriyan Zamzami
Aksi unjuk rasa dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menuntut perbaikan sistem uang kuliah tunggal (UKT) di depan kampus  UNY), Yogyakarta, Kamis (19/1/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aksi unjuk rasa dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menuntut perbaikan sistem uang kuliah tunggal (UKT) di depan kampus UNY), Yogyakarta, Kamis (19/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam menempatkan ilmu sebagai sesuatu yang sangat penting, bahkan Allah SWT memuliakan orang-orang berilmu. Untuk itu, Muslim disarankan untuk belajar sepanjang hidupnya agar terus mendapatkan ilmu. Islam juga menekankan kepada para pemilik ilmu untuk mengajarkan atau mengamalkan ilmu yang didapatnya kepada orang lain. 

Lantas, bagaimana jika orang yang memiliki ilmu tapi dikomersilkan dengan tujuan untuk meraup harta dunia? Ini pendapat Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin.

Baca Juga

Imam Al-Ghazali menjelaskan betapa pentingnya ilmu, bahkan ilmu lebih mulia dari sekedar ibadah tanpa ilmu. Akan tetapi, Imam Al-Ghazali juga mengingatkan ada bahaya di sekitar ilmu.

Untuk menghadapi berbagai kesulitan dalam menuntut ilmu maka ringankan hati  agar mudah dan ikhlas melakukannya. Ia mewanti-wanti agar ilmu jangan digunakan untuk memperkaya diri sendiri. 

"Ketahuilah bahwa sangat besar bahaya dalam menuntut ilmu, jika menuntut ilmu bertujuan untuk menarik perhatian manusia, menjadikan ilmu sebagai alat agar bisa duduk bersama para penguasa, dan membanggakan diri terhadap orang yang mendebat atau menjadikan ilmu sebagai alat untuk memburu dunia," kata Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa saja yang menuntut ilmu untuk tujuan berbangga-banggaan dengan para orang-orang pandai atau untuk memamerkannya pada orang-orang yang bodoh atau untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka."

Abu Yazid Al Bustomi mengatakan, "Aku telah melakukan mujahadah selama 30 tahun dan aku tidak mendapati sesuatu yang lebih sulit aku hadapi selain dari ilmu dan bahaya yang mengitarinya."

Abu Yazid Al Bustomi mengingatkan, jauhkan pandangan kamu dari sesuatu yang dijadikan indah oleh setan. Setan itu akan mengatakan kepada kamu, "Jika bahaya yang sebesar ini terjadi pada ilmu, maka meninggalkannya tentu lebih utama." Abu Yazid Al Bustomi mengingatkan, "Kamu jangan pernah berpikir seperti yang dikatakan setan."

Ilmu tetap penting dan harus dipelajari meski ada bahaya di sekitarnya. Sebab banyak orang fakir ilmu yang masuk neraka.

Rasulullah SAW bersabda, "Aku mengarahkan pandangan pada malam Mi'raj-ku ke arah neraka, lalu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah apakah mereka fakir karena harta." Nabi SAW menjawab, "Bukan (fakir harta) tapi mereka fakir dari ilmu."

Imam Al-Ghazali mengingatkan, siapa saja yang tidak mempelajari ilmu maka ia tidak akan dapat melakukan ibadah dengan benar dan tidak bisa melaksanakan hak-hak hidupnya sebagaimana mestinya.

Sekiranya seorang menyembah Allah Ta'ala seperti ibadahnya para malaikat langit tanpa disertai dengan ilmu, maka tentulah ia termasuk orang-orang yang merugi. Maka teguhkan diri  dalam menuntut ilmu dengan cara mengkaji, menyampaikan dan mengajarkannya.

Usirlah kemalasan serta rasa bosan yang menerpa saat menuntut ilmu. Jika tidak diusir rasa malas itu, maka seseorang berada dalam bahaya kesesatan dan semoga Allah melindungi kita semua dari kesesatan. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement