REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel bersumpah akan mengintensifkan serangan daratnya terhadap Rafah, meskipun ada peringatan internasional yang melarang langkah tersebut. Rafah merupakan tempat bagi 1,4 juta warga Palestina yang berlindung selama perang 8 bulan.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada Kamis bahwa kekuatan tambahan akan memasuki Rafah dan serangannya akan meningkat. “Ratusan target telah diserang dan pasukan kami sedang bermanuver di area tersebut," kata Gallant dilansir dari New Arab, pada Ahad (19/5/2024).
Menurut, Al-Araby Al-Jadeed, pemboman intens Israel di kamp Jabalia, utara kota Gaza, dan timur Rafah berlanjut pada hari Jumat, menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya. Sementara itu, kantor berita Palestina Wafa menyatakan empat orang Palestina tewas di sebuah sekolah di mana orang Palestina yang terlantar berlindung di kamp Nuseirat pada hari Jumat dan enam lainnya tewas dalam serangan udara di Jabalia.
AS telah bergabung dengan kekuatan besar lainnya dalam memperingatkan Israel terhadap serangan darat di Rafah, yang akan membuat warga Palestina tidak lagi memiliki tempat untuk berlindung.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bersikeras pada Kamis bahwa serangan darat adalah bagian "kritis" dari tujuan militer dalam menghancurkan Hamas dan mencegah serangan di masa depan terhadap Israel.
Tentara mengakui bahwa mereka menghadapi perlawanan keras di daerah lain di Gaza di mana sebelumnya dikatakan dikendalikan.
“Pertempuran di Rafah sangat penting, itu bukan hanya sisa batalion mereka, itu juga seperti saluran oksigen bagi mereka untuk melarikan diri dan memasok," tambahnya.
Komentar tersebut telah digaungkan oleh kepala tentara Israel Herzi Halevi, yang mengatakan tidak akan membiarkan Hamas membangun kembali dirinya sendiri dan mereka akan membayar harganya. Setidaknya 35.233 warga Palestina telah tewas oleh kampanye pengeboman Israel, dimulai pada 7 Oktober.
Kekejaman Israel telah diberi label sebagai kejahatan perang dan genosida oleh beberapa pemimpin dunia, badan PBB dan LSM. Situasi di Rafah telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir, karena penutupan dua penyeberangan bantuan utama yang mengganggu pasokan obat-obatan dan bahan bakar untuk generator rumah sakit.
Perang di Gaza telah mendorong wilayah itu ke ambang kelaparan, menghancurkan sistem perawatan kesehatan dan infrastruktur penting seperti jaringan air, terutama di tempat-tempat ramai seperti Rafah.