REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Tri Tharyat, menyatakan kondisi air global sangatlah menyedihkan. Merujuk data UN Water pada 2022, dilaporkan sekitar setengah dari populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah. Sebanyak 2,2 miliar orang hidup tanpa akses air bersih, dan 3,5 miliar orang kekurangan akses terhadap sanitasi.
“Menyedihkan kalau kita lihat apa yang disampaikan dalam laporan PBB atau UN Water,” kata Tri dalam konferensi pers di acara World Water Forum, Bali, Ahad (19/5/2024). Karena itulah dia berharap World Water Forum ke-10 ini bisa mendorong solusi konkrit atas berbagai masalah air global.
Lebih lanjut ia mengungkap empat hal pokok yang akan diperjuangkan oleh Indonesia selaku tuan rumah World Water Forum 10. Pertama adalah kesepakatan internasional melalui sidang majelis umum PBB terkait dengan penetapan Hari Danau Sedunia atau World Lake Day.
“Ini akan menjadi satu legacy yang penting dari WWF-10 karena selama ini perhatian terhadap pengelolaan danau relatif kurang banyak,” kata Tri.
Kedua adalah kesepakatan untuk membentuk Center of Excellence on Water and Climate Resilience, yang diharapkan bisa mengatasi persoalan air dan perubahan iklim yang mengancam. Ketiga, yakni Integrated water resources management atau pengelolaan sumber daya air secara terintegrasi, khususnya di pulau-pulau kecil.
"Kepentingan kita dengan pulau-pulau kecil itu sangat banyak, dan kepentingan negara-negara berkembang kepulauan kecil," kata dia.
Kemudian keempat, lanjut Tri, Indonesia juga berupaya untuk meninggalkan legacy melalui jumlah proyek di bidang air. “Ada lebih dari 100 proyek di bidang air yang sudah dikurasi oleh Bappenas, Menkomarves, Kementerian luar negeri, dan Kementerian PUPR,” kata dia.