Ahad 19 May 2024 17:58 WIB

Haedar Nashir: 'Aisyiyah Pelopor Gerakan Perempuan Islam di Dunia

‘Aisyiyah memandang perempuan memiliki derajat sama dengan laki-laki di ruang publik.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menghadiri Resepsi Milad ke-107 'Aisyiyah di Universitas 'Aisyiyah Surakarta pada Ahad (19/5/2024).

Haedar mengatakan, 'Aisyiyah sebagai pelopor gerakan perempuan Islam di dunia memiliki nilai dasar yang bertumpu pada nilai-nilai keislaman. Nilai dasar ini menjadi kacamata 'Aisyiyah dalam memandang kaum perempuan.

Baca Juga

Haedar mengatakan, hadirnya 'Aisyiyah menjadikan perempuan tidak hanya berperan di dapur, namun juga berperan di ranah publik. ‘Aisyiyah memandang perempuan memiliki derajat sama dengan laki-laki di ruang publik.

Menurut dia, sebelum 'Aisyiyah lahir, Islam di Indonesia memandang perempuan hanya berperan di ranah domestik. Lalu, di awal abad 20 karena pengaruh Barat yang liberal, menjadikan perempuan bebas berperan dan serbaboleh.

"Sadar atau tidak, 'Aisyiyah itu sudah mengambil posisi yang wasathiyah. Dan berada diantara pandangan yang kanan dan kiri, dan ini menjadi posisi yang menjelaskan kita," kata Haedar.

Haedar berpesan nilai tengahan yang ada di 'Aisyiyah harus dijaga agar tetap hidup dan diperkaya. Nilai tengahan atau wasathiyah 'Aisyiyah ini disandingkan oleh Nyai Walidah dengan nilai kemajuan yang genuin lahir dari Agama Islam.

Meski tidak belajar dari Barat, tapi Nyai Walidah Dahlan mempelajari dan mendalami Alquran dari Kiai Ahmad Dahlan dan ayahnya. Dari proses belajar itu, lahir pemikiran nilai tengahan yang berkemajuan sebagai dasar gerakan kaum perempuan.

Pandangan maju yang dimiliki oleh Nyai Walidah mengantarkannya sebagai perempuan pertama yang berpidato dalam Kongres ke-15 Muhammadiyah pada 1926 di Surabaya. Di masa itu, Nyai Walidah telah membuktikan kehadiran perempuan bukan lagi sebagai penonton, namun ia telah membuktikan kaum perempuan juga bisa memimpin dan duduk sama-sama dengan kaum laki-laki.

Pandangan maju yang dimiliki oleh Muhammadiyah-'Aisyiyah pada Muktamar ke-48 dimodifikasi sebagai Risalah Islam Berkemajuan dan Risalah Perempuan Islam Berkemajuan.

Haedar menyampaikan selamat milad 'Aisyiyah yang sudah seabad lebih. Turut hadir di acara ini Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto, Busyro Muqoddas, Dahlan Rais, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, dan juga Ketua Umum PP 'Aisyiyah Salmah Orbayinah beserta jajaran.

"Telah bergerak nyata, melintasi zaman, tidak hanya di pusat-pusat kota, tapi juga sampai di yang terjauh, juga sampai dunia internasional," ungkap Haedar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَفَمَنْ كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok (orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

(QS. Hud ayat 17)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement