Senin 20 May 2024 04:40 WIB

Sebut Pendidikan Tinggi Tersier, BEM KM UGM: Kemendikbudristek Nirempati

BEM KM UGM merasa pernyataan Kemendikbudristek terkesan mengaburkan kegagalan negara

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dua mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa baju dansa di depan Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Dalam aksinya para mahasiswa menuntut Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk menuntaskan polemik sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dianggap sebagai bentuk komersialisasi pendidikan akibat mahalnya biaya kuliah di Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Dua mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa baju dansa di depan Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Dalam aksinya para mahasiswa menuntut Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk menuntaskan polemik sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dianggap sebagai bentuk komersialisasi pendidikan akibat mahalnya biaya kuliah di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan, pernyataan soal pendidikan tinggi sebagai pendidikan tersier memperlihatkan Kemendikbudristek nirempati. Di mana, hal itu dikatakan ketika kondisi ekonomi masyarakat sulit.

"Sebelum menyinggung ranah yang substantif, saya rasa pernyataan Kemendikbudristek ini nirempati," ucap Ketua BEM KM UGM Nugroho Prasetyo Aditama kepada Republika, Ahad (19/5/2025).

Nugroho mengatakan, masyarakat tentu merasa tercekik saat kondisi ekonomi melarat. Ditambah lagi akses terhadap pendidikan dipersempit melalui kebijakan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) di berbagai perguruan tinggi negeri (PTN).

"Faktanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan menurun dari 5 persen menjadi 4,9 persen menurut World Bank," jelas dia.