REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa lapar Manchester City yang tak terpuaskan akan trofi menjadi berita buruk bagi klub mana pun yang berharap bisa mematahkan dominasi tim asuhan Pep Guardiola di sepak bola Inggris.
Arsenal menekan mereka lagi musim ini, tapi sekali lagi tim asuhan Guardiola berhasil mengamankan trofi Liga Pimer Inggris pada hari terakhir.
Kemenangan 3-1 City atas West Ham United pada Ahad (19/5/2024) membuat mereka mengukir rekor yang bahkan tidak pernah dicatatkan oleh tim hebat Liverpool pada tahun 1980-an dan Manchester United pada akhir tahun 1990an dan 2000-an. Gelar Liga Primer Inggris kali keempat berturut-turut belum pernah terjadi sebelumnya.
The Citizens rata-rata mencetak 89,7 poin dalam empat musim terakhir mereka meraih gelar. Meski tim asuhan Guardiola kembali gagal mencapai 100 poin, yang mereka raih pada musim 2017/2018, City membuktikan bahwa ketika tekanan benar-benar ada, mereka hampir tidak bisa diadang.
Arsenal dan Liverpool sama-sama mengungguli City di klasemen pada bulan-bulan terakhir musim ini. Namun sang juara bertahan mencatatkan 19 kemenangan dan empat hasil imbang sejak kekalahan terakhir mereka di liga dari Aston Villa pada 6 Desember.
Tidak ada yang benar-benar terkejut karena Guardiola yang berusia 53 tahun terobsesi dengan kesempurnaan. Sesuatu yang dibenarkan pemainnya.
"Terkadang ini agak menuntut. Sulit, tapi lihat apa yang telah dia lakukan. Dia menuntut banyak hal setiap hari," kata mesin gol City asal Norwegia, Erling Haaland, tentang bermain untuk Guardiola. "Jika Anda tidak memenuhi apa yang dia harapkan, Anda punya masalah besar."
Pelatih asal Spanyol itu kini telah meraih gelar juara Liga Primer Inggris enam kali dalam delapan musim di Stadion Etihad. Pertanyaan besar muncul, siapa yang bisa menghentikan City? Mungkin satu-satunya harapan adalah bahwa Guardiola memutuskan untuk mengikuti langkah Jurgen Klopp yang mundur dari Liverpool.
"Kenyataannya adalah saya lebih dekat untuk pergi daripada bertahan. Kami telah berbicara dengan klub -- perasaan saya adalah saya ingin bertahan sekarang. Saya akan bertahan musim depan dan selama musim ini kami akan berbicara," kata mantan pelatih Barcelona itu. "Tetapi delapan atau sembilan tahun lagi -- kita lihat saja nanti."
Hebatnya, dalam 152 pertandingan Liga Primer yang dimainkan City dalam empat musim terakhir, mereka mencatatkan 112 kemenangan dengan hanya menderita 17 kekalahan, dan mencetak 372 gol.
Hal ini terjadi di liga yang dianggap sebagai liga terberat di Eropa. Liga dengan kesepakatan penyiaran yang sangat besar membuat 20 klub peserta memiliki kemampuan belanja untuk merekrut beberapa talenta terbaik dunia.
“Pep Guardiola telah merancang gaya sepak bola yang ditiru tidak hanya di negara ini, tapi di seluruh Eropa. Yang terpenting, dia adalah mesin pemenang yang menanamkan hal itu pada setiap orang yang bekerja dengannya,” kata mantan bek Manchester United dan Inggris Gary Neville kepada Sky Sports.
Gelandang City asal Belgia Kevin de Bruyne dengan Phil Foden yang berusia 23 tahun kini memiliki enam gelar Liga Primer Inggris bersama City. Ia menjelaskan rahasianya cukup sederhana.
“Manajer menentukan iramanya, tetapi tim ini, kami menikmati bermain satu sama lain. Ini bukan tim dengan ego besar. Kami bermain-main satu sama lain, kami berlari seperti orang gila dan kami menikmatinya. Kenikmatan itu bertahan lama, jadi itu saja," kata De Bruyne.
Trofi tambahan masih bisa diraih City, dengan final Piala FA pekan depan melawan Manchester United masih akan datang. Tidak akan ada kelonggaran sampai satu trofi lagi ada di tas dan dua gelar diraih, menyusul treble tahun lalu.