REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Kabar meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi akibat kecelakaan helikopter mengguncang dunia. Helikopter yang ia naiki jatuh dalam perjalanan pulang setelah meresmikan megaproyek bendungan di perbatasan Iran-Azerbaijan.
Kantor berita Iran, IRNA melansir, Raisi dalam perjalanan kembali ke Teheran pada Ahad setelah melakukan perjalanan ke perbatasan Iran dengan Azerbaijan untuk meresmikan bendungan bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Saat itulah terjadi kecelakaan di hutan Dizmar di provinsi Azerbaijan Timur. Helikopter itu membawa Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian, gubernur provinsi Azerbaijan Timur Iran dan pejabat serta pengawal lainnya.
Media Iran melansir, peresmian bendungan itu sedianya merupakan salah satu gestur perdamaian antara Iran dan Azerbaijan. Bendungan yang diresmikan pada Ahad (19/5/2024) itu merupakan megaproyek yng menjadi simbol “kerja sama jangka panjang” dan “persahabatan” antara kedua negara meskipun ada perbedaan pendapat politik dalam beberapa tahun terakhir, IRNA melaporkan.
Bendungan Qiz Qalasi (Menara Perawan), yang dibangun di Sungai Aras di sepanjang perbatasan Iran-Azerbaijan, dioperasikan oleh Presiden Iran Ebrahim Raisi dan timpalannya dari Azerbaijan Ilham Aliyev beberapa jam sebelum kecelakaan helikopter dan operasi pencarian berikutnya.
Kedua pemimpin berjalan di puncak bendungan setinggi 834 meter sebelum mengadakan pertemuan singkat dan meresmikan proyek tersebut sebelum bencana terjadi di selatan perbatasan Azerbaijan.
Dirancang dan dibangun oleh para insinyur Iran dalam waktu 18 tahun, bendungan pembangkit listrik tenaga air ini menampung 62 juta meter kubik air di reservoirnya. Volume itu cukup untuk memasok air ke lahan pertanian di tiga wilayah di kedua sisi perbatasan dan menghasilkan 270 gigawatt/jam listrik terbarukan per tahun menggunakan dua pembangkit listrik berkekuatan 40 megawatt.
IRNA menyebut bendungan itu sebagai “proyek perbatasan terbesar dan terpenting di barat laut Iran”. Proyek itu akan menciptakan lapangan kerja bagi 40.000 orang dan membuka jalan bagi pengembangan pariwisata dan pertanian di provinsi Azerbaijan Timur dan Ardebil di Iran.
Saat berpidato di upacara peresmian bendungan, Raisi yang menugaskan proyek tersebut berharap proyek tersebut akan “menciptakan harapan” di antara rakyat Iran dan Azerbaijan.
Hubungan antara Iran dan Azerbaijan tegang sejak Januari tahun lalu setelah apa yang disebut Baku sebagai “serangan teroris” yang dilakukan oleh pria bersenjata di kedutaan Azerbaijan di Teheran yang menewaskan kepala keamanan misi diplomatik tersebut.
Azerbaijan mengevakuasi staf kedutaan dan anggota keluarganya dari Iran dan menutup misi tersebut sebagai protes atas serangan yang menurut para pejabat Iran dilakukan atas dasar pribadi, bukan motif politik.
Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengatakan beberapa hari yang lalu bahwa Baku akan membuka kembali kedutaan besarnya di Teheran tetapi di tempat yang baru. “Ikatan [antara Iran dan Azerbaijan] kuat dan berakar pada sejarah, budaya, dan kepercayaan mereka bersama,” kata Raisi pada upacara tersebut.
Aliyev juga menyatakan sikap serupa, dengan mengatakan tidak ada seorangpun yang “dapat menciptakan gesekan” antara kedua negara bertetangga tersebut.