Senin 20 May 2024 20:10 WIB

Menko Luhut: GBFA Atasi Kesenjangan Finansial Proyek Iklim

Fokus utamanya adalah pada kerja sama global selatan dan pendanaan transisi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan di Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Selasa (14/5/2024).
Foto: Antara/Rolandus Nampu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan di Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Selasa (14/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Global Blended Finance Alliance (GBFA) akan menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan finansial dalam merealisasikan proyek iklim dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

"GBFA akan memobilisasi pendanaan campuran (blended finance), sebuah langkah strategis untuk mengatasi kesenjangan finansial terkait (proyek) iklim dan pencapaian SDGs," ujar Luhut dalam acara peluncuran sekretariat GBFA di Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024).

Baca Juga

GBFA diadopsi oleh para pemimpin KTT G20 Bali untuk mempercepat investasi iklim di negara-negara berkembang, Least Developed Countries (LDC), dan negara kepulauan. Fokus utamanya adalah pada kerja sama global selatan dan pendanaan transisi.

GBFA G20 Bali akan mendukung negara-negara untuk merancang dan menerapkan kebijakan yang tepat, mengembangkan struktur kelembagaan, teknologi dan data, serta solusi pembiayaan untuk transisi mencapai SDGs.

"GBFA akan memfasilitasi asas-asas G20 terkait pendanaan campuran (blended finance), mendukung negara-negara merancang kebijakan yang memprioritaskan kebutuhan kita untuk membangun key partnership," ujar Luhut.

Dalam kesempatan tersebut, Luhut secara resmi meluncurkan sekretariat GBFA yang berbasis di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali; penandatangan Letter of Intent oleh para pendiri, dan diskusi meja bundar.

"Hari ini, Pemerintah Indonesia secara resmi meluncurkan Sekretariat GBFA yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur," kata Luhut.

Dalam kesempatan tersebut, Luhut mengajak para perwakilan negara yang hadir untuk mempererat kerja sama internasional melalui berbagai forum, seperti forum G-20 selanjutnya yang akan digelar di Rio de Janeiro, Brasil.

"Bersama-sama, kita bisa membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan," ujar Luhut.

Sebelumnya, Luhut menjelaskan bahwa krisis iklim menjadi isu yang penting bagi seluruh negara di dunia. Mengacu pada konsensus UEA COP28 lalu, setiap pihak berkomitmen untuk melakukan transisi energi dari bahan bakar fosil untuk mempercepat pengurangan emisi NDC.

Luhut melihat tantangan perubahan iklim dan perlunya penutupan proyek besar karena terdapat kesenjangan pendanaan iklim. Oleh karena itu, GBFA hadir sebagai salah satu solusinya.

Dalam hal itu, GBFA juga akan mendukung program konservasi air dan akan menjembatani kesenjangan antara sumber daya publik yang tersedia dan investasi besar-besaran yang dibutuhkan Global Water Fund.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement