Senin 20 May 2024 21:45 WIB

Pohon Berusia 100 Tahun Ditebang Demi Bangun Beach Club, Ini Respon Kemenparekraf

Sandiaga memastikan akan melakukan pemeriksaan menyeluruh perizinan beach club.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Dalam gelaran World Water Forum, Menparekraf Sandiaga Uno ikut mengkritisi terkait berita viral yang menyatakan pohon berusia ratusan tahun ditebang untuk proyek beach club.
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
Dalam gelaran World Water Forum, Menparekraf Sandiaga Uno ikut mengkritisi terkait berita viral yang menyatakan pohon berusia ratusan tahun ditebang untuk proyek beach club.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menegaskan bahwa pihaknya telah menghentikan sementara proyek pembangunan beach club di kawasan Sesehan, Kabupaten Badung, Bali. Tindakan itu dilakukan lantaran pembangunannya sampai menebang sebuah pohon berusia 100 tahun.

Video penebangan pohon tua itu pertama kali diunggah oleh akun Instagram @therahayuproject dan menimbulkan gelombang kritik dari masyarakat lokal maupun internasional. Banyak di antara warganet yang meluapkan keprihatinannya terhadap pengrusakan alam demi kepentingan bisnis.

Baca Juga

“Kami sangat serius, begitu ada viral soal pembangunan tersebut, saya langsung bukan hanya mengecek dan memerintah jajaran untuk berkoordinasi, namun juga bersama dengan pemerintah provinsi menghentikan pembangunannya untuk sementara,” kata Sandiaga dalam konferensi pers di Media Center World Water Forum di Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024).

Sandiaga memastikan pihaknya akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap perizinan proyek beach club tersebut, terutama dalam aspek keberlanjutannya. “Kita akan pastikan dulu, semuanya sudah sesuai atau belum,” kata dia.

Tidak hanya itu, kata Sandiaga, pihaknya juga akan mengkaji ulang rencana tata ruang proyek beach club tersebut. Dengan begitu, pengembangan destinasi wisata di Bali bisa tetap sejalan dengan upaya pemerintah dalam menghadapi tantangan krisis air dan krisis iklim.

Sebagai salah satu destinasi wisata populer di dunia, Bali juga menghadapi tantangan krisis air akibat peningkatan pesat dalam jumlah dan kunjungan wisatawan. Merujuk laman Dinas PUPR Bali, dilaporkan bahwa pasokan air selama musim kemarau di beberapa kawasan Bali sering kali tidak stabil. Air tanah dan sumber air permukaan mengalami penurunan kualitas dan jumlah yang signifikan.

Karena itulah tindakan gegabah seperti menebang pohon untuk pembangunan beach club sangat kontradiktif dengan tantangan krisis air di Bali. Alih-alih ditebang, pohon yang dapat mempertahankan ketersediaan air seharusnya dilestarikan.

“Memang perlu ada koordinasi dan kerja sama dengan seluruh pemerintah daerah dan instansi dalam menegakkan permasalahan-permasalahan seperti ini, sehingga diharapkan pembangunan wisata bisa tetap dilakukan tanpa merusak alam,” tegas Sandiaga.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement